Efisiensi Operasional Dorong Biaya Overhead Perbankan Semakin Ringan

Selasa, 22 Juli 2025 | 09:51:14 WIB
Efisiensi Operasional Dorong Biaya Overhead Perbankan Semakin Ringan

JAKARTA - Transformasi digital yang terus berlangsung di industri perbankan Indonesia mulai menunjukkan dampak nyata dalam hal efisiensi biaya operasional. Hal ini terlihat dari laporan keuangan kuartal I-2025 sejumlah bank besar yang mencatatkan penurunan pada biaya overhead atau operational expense (opex), khususnya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penurunan ini tak hanya menunjukkan efektivitas langkah efisiensi yang dilakukan, tetapi juga memperlihatkan perubahan strategi operasional menyusul perkembangan teknologi dan pergeseran kebiasaan nasabah.

Seiring menyusutnya jumlah kantor cabang dan semakin masifnya layanan digital yang dihadirkan, perbankan Tanah Air semakin mampu mengurangi beban biaya yang selama ini bersumber dari operasional fisik dan administrasi. Beberapa bank besar mencatat penurunan biaya overhead yang cukup signifikan, meski secara tahunan masih terlihat pertumbuhan, sejalan dengan kebutuhan investasi jangka panjang.

Bank Besar Catatkan Efisiensi Signifikan
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi salah satu bank yang menunjukkan efisiensi yang mencolok. Sepanjang tiga bulan pertama 2025, BCA mencatatkan biaya overhead sebesar Rp 9,5 triliun. Jumlah ini turun sebesar 8,5% dibandingkan kuartal sebelumnya, meskipun secara tahunan tercatat meningkat tipis sebesar 2,8%. Penurunan ini terutama berasal dari efisiensi pada pos biaya umum dan administrasi yang tercatat menurun drastis sebesar 24,7% secara kuartalan menjadi Rp 4,6 triliun.

Efisiensi yang dicapai turut berpengaruh pada rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang menunjukkan kinerja membaik. BCA berhasil menurunkan CIR-nya dari 32,4% pada kuartal I-2024 menjadi 28,5% di periode yang sama tahun 2025.

Strategi Efisiensi Juga Terlihat Di Bank Lain
Tak hanya BCA, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai bank dengan jaringan terluas di Indonesia juga melaporkan penurunan biaya operasional. Pada kuartal I-2025, BRI mencatatkan opex sebesar Rp 14,82 triliun, atau turun 2,3% dibandingkan kuartal sebelumnya. Efisiensi ini terutama berasal dari dua pos utama yakni biaya promosi yang menurun 49,2% dan biaya umum dan administrasi yang menurun 11,6% secara kuartalan.

Penurunan ini turut berdampak pada perbaikan rasio CIR BRI yang turun dari 41,6% menjadi 40,7% pada kuartal I-2025.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mencatatkan penurunan biaya overhead secara kuartalan. Total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 6,9 triliun atau turun 20,3%, meskipun secara tahunan masih mencatat kenaikan sebesar 4,3%. Penurunan tersebut didorong oleh berkurangnya biaya umum dan administrasi yang menyusut hingga 32%. Meski begitu, CIR BNI tetap berada di level yang sama yakni 43,8% year-on-year.

CIMB Niaga Fokus Pada Efisiensi Holistik
Berbeda dengan bank lain, Bank CIMB Niaga masih mengalami kenaikan biaya overhead sebesar 3,5% secara kuartalan dan 2,2% secara tahunan menjadi Rp 2,1 triliun. Namun demikian, bank ini mulai menunjukkan perbaikan dari sisi efisiensi dengan mencatatkan penurunan CIR dari 46,5% di tahun sebelumnya menjadi 46% pada kuartal I-2025.

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada nominal biaya, melainkan pada efisiensi secara menyeluruh. “Efisiensi biaya bukan dari absolute cost tetapi secara holistic dengan CIR. Karena kebutuhan investasi harus tetap berjalan, namun tentu saja beberapa biaya operational terlihat turun seperti transaction cost sebagai manfaat dari digitalization di semua sektor,” ujar Lani kepada kontan.co.id.

Pihaknya juga menargetkan CIR dapat ditekan hingga level 46% di akhir tahun ini.

Komitmen Berkelanjutan Dari Perbankan
Executive Vice President Corporate and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, menyampaikan bahwa pihaknya senantiasa menjaga keseimbangan antara pendapatan, biaya operasional, dan kebutuhan investasi jangka panjang. Ia menegaskan bahwa optimalisasi pendapatan tetap menjadi prioritas utama di seluruh lini bisnis.

“Kami senantiasa mendorong penyaluran kredit berbagai sektor, serta memperkuat platform perbankan transaksi,” imbuh Hera.

Sementara itu, tren penurunan biaya overhead ini turut didukung oleh kebijakan moneter. Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan ke level 5,25% pada Juli 2025. Secara teori, penurunan ini semestinya mendorong bank untuk menurunkan bunga kredit kepada masyarakat. Namun, dalam praktiknya, bank dinilai belum responsif menurunkan bunga kredit.

Penyesuaian Suku Bunga Butuh Waktu
Menanggapi hal tersebut, Lani Darmawan menjelaskan bahwa penetapan bunga kredit tidak semata-mata bergantung pada overhead, tetapi lebih banyak ditentukan oleh biaya dana atau cost of fund (CoF), yang saat ini belum menunjukkan penurunan signifikan.

Hal serupa disampaikan oleh Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan. Ia menyebut bahwa bank masih perlu menjaga likuiditas dan net interest margin (NIM) untuk mendukung pertumbuhan kinerja keuangan.

“Untuk bisa menyesuaikan penurunan bunga kredit maka bank memerlukan waktu. Bila likuiditas bank terjaga baik maka penurunan bunga kredit akan lebih mudah bagi bank,” ungkap Trioksa.

Ia menambahkan, penurunan biaya overhead disebabkan oleh kombinasi efisiensi operasional serta turunnya bunga acuan dari regulator. Ia pun memproyeksikan bahwa tren ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun seiring dengan strategi efisiensi yang terus dijalankan oleh industri perbankan.

Terkini

Daftar Simulasi Kredit Mobil Ayla DP 5 Juta

Selasa, 23 September 2025 | 23:57:07 WIB

10 Aplikasi Online Shop Luar Negeri Paling Praktis

Selasa, 23 September 2025 | 23:57:05 WIB

Aplikasi Online Indomaret: Panduan Mendaftar dan Cara Belanja

Selasa, 23 September 2025 | 23:57:05 WIB

15 Rekomendasi Asuransi Jiwa Terbaik 2025

Selasa, 23 September 2025 | 23:57:04 WIB