Harga Sembako di Situbondo Mulai Naik Jelang Ramadan, Pedagang dan Pembeli Resah

Selasa, 25 Februari 2025 | 08:37:38 WIB
Harga Sembako di Situbondo Mulai Naik Jelang Ramadan, Pedagang dan Pembeli Resah

JAKARTA - Jelang bulan suci Ramadan, harga komoditas bahan pokok di Situbondo, Jawa Timur, mulai menunjukkan kenaikan signifikan, sesuai dengan prediksi sebelumnya. Kenaikan ini tidak hanya terjadi pada satu atau dua jenis barang, tetapi pada beberapa komoditas penting, seperti beras, gula, dan telur. Kenaikan harga yang terjadi dalam waktu singkat ini memicu keluhan dari para pedagang maupun pembeli, yang merasa terbebani dengan harga yang semakin melambung.

Kenaikan Harga Sembako di Pasar Mimbaan Baru

Salah satu pasar tradisional yang merasakan dampak kenaikan harga bahan pokok adalah Pasar Mimbaan Baru di Situbondo. Pedagang di pasar ini mengeluhkan kenaikan harga barang yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir. Sebagai contoh, harga beras yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 13.500 per kilogram, kini melonjak menjadi Rp 15.000 per kilogram. Tidak hanya beras, minyak curah juga mengalami kenaikan harga yang signifikan, dari Rp 14.000 menjadi Rp 19.500 per liter. Bahkan harga telur yang sebelumnya berkisar Rp 22.000 per kilogram, kini telah naik menjadi Rp 30.000 per kilogram.

"Semuanya sekarang mulai naik drastis, dan stok barang seperti beras di toko-toko besar semakin menipis, bahkan tidak ada. Sudah mahal, sulit didapat pula," ujar Mimik Iswati, salah satu pedagang di Pasar Mimbaan Baru, dengan nada keluh kesah. Mimik menggambarkan bagaimana sulitnya kondisi yang dihadapi para pedagang menjelang Ramadan, di mana harga sembako yang terus melonjak membuat banyak orang merasa terbebani.

Keluhan Pembeli dan Pedagang

Kenaikan harga sembako yang cukup tajam dalam waktu yang relatif singkat, yakni dalam satu pekan terakhir, menjelang bulan puasa, membuat pembeli dan pedagang semakin resah. Bagi pembeli, terutama mereka yang memiliki anggaran terbatas, kenaikan harga sembako ini tentu sangat memberatkan. Sementara itu, para pedagang juga mengalami kebingungan dalam menentukan harga jual, karena jika mereka tetap menjual dengan harga tinggi, pembeli akan enggan membeli barang dagangan mereka.

“Kalau harga naik begini, pedagang juga bingung mau jual dengan harga berapa, dari pasar besar sudah mahal, kita jual lebih mahal lagi, pembeli jadi kabur. Ya terpaksa ambil laba tipis saja," ungkap Mimik. Keadaan ini memang menjadi dilema bagi pedagang, di satu sisi mereka harus menutupi biaya tinggi yang mereka keluarkan untuk membeli barang, namun di sisi lain mereka harus mempertimbangkan daya beli konsumen yang semakin menurun akibat lonjakan harga yang tak terkendali.

Selain itu, banyak pedagang yang kini mulai mengurangi jumlah barang yang mereka beli, untuk menghindari kerugian besar akibat fluktuasi harga yang tidak menentu. Seperti yang dikatakan Mimik, “Biasanya saya mengambil telur atau sembako lainnya lima kilogram, sekarang kadang hanya tiga kilogram atau dua kilogram, khawatir harga bisa turun drastis. Karena harga sembako itu tidak stabil." Hal ini juga mengindikasikan ketidakpastian yang dialami para pedagang dalam menghadapi lonjakan harga yang terus meningkat.

Resahnya Pedagang Lainnya

Kiki, seorang pedagang lainnya di pasar yang sama, juga mengungkapkan keresahannya mengenai lonjakan harga bahan pokok. Menurutnya, naiknya harga sembako cukup meresahkan pedagang kecil seperti dirinya. “Harapan kami sebagai pedagang, harga kebutuhan dapur bisa stabil, jangan terus menerus melonjak,” keluh Kiki. Ia berharap ada langkah yang diambil untuk menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan sembako yang cukup, apalagi menjelang bulan Ramadan, di mana permintaan terhadap barang-barang ini tentu meningkat.

Kenaikan harga sembako menjelang Ramadan memang menjadi fenomena yang sering terjadi setiap tahunnya. Namun, bagi sebagian besar pedagang, kenaikan harga yang terjadi cukup mendadak ini menimbulkan ketidakpastian dan kesulitan dalam menjalankan usaha mereka. Sebagian pedagang pun menilai bahwa kenaikan harga ini bukan semata-mata karena faktor permintaan yang meningkat, melainkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan momen tertentu untuk memainkan harga sembako.

Pemerintah Diimbau Turun Tangan

Menyikapi kenaikan harga sembako yang terjadi menjelang Ramadan, pemerintah setempat juga mulai turun tangan untuk memantau situasi ini. Pemerintah melalui instansi terkait telah berupaya untuk memastikan kelancaran distribusi barang dan menjaga stabilitas harga sembako. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Kiki, sebagian besar pedagang menilai bahwa lonjakan harga sembako pada momen-momen tertentu, seperti menjelang bulan Ramadan, memang sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihindari.

“Kenapa setiap ada momen harus ada lonjakan harga? Ini pasti ada yang dimainkan. Yang main siapa saya tidak tahu. Tapi tiap menjelang Ramadan, tahun baru, pasti harga sembako naik,” ujar Kiki, menambahkan bahwa meskipun pemerintah sudah turun tangan, namun tetap saja harga sembako cenderung melonjak saat momen-momen penting seperti ini. Hal ini memunculkan pertanyaan besar mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lonjakan harga yang terjadi secara mendadak.

Pemerintah daerah pun diharapkan dapat melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pedagang besar dan distributor, guna mencegah adanya praktik spekulasi yang hanya akan merugikan masyarakat, khususnya konsumen kecil. Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah dengan melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan stok sembako yang cukup di pasaran.

Tantangan Menjaga Kestabilan Harga Sembako

Kenaikan harga sembako menjelang Ramadan adalah masalah yang kompleks, di mana berbagai faktor, mulai dari permintaan pasar yang meningkat, distribusi yang tidak merata, hingga kemungkinan adanya praktik spekulasi, turut mempengaruhi keadaan ini. Meski demikian, langkah-langkah dari pemerintah, seperti operasi pasar dan pengawasan terhadap harga, diharapkan dapat membantu menurunkan ketegangan di kalangan pedagang dan konsumen.

Sebagai kota yang dikenal dengan keberagaman budaya dan tradisinya, Situbondo menghadapi tantangan besar dalam menjaga kestabilan harga sembako, terutama menjelang bulan puasa yang sebentar lagi tiba. Pedagang dan pembeli berharap bahwa pemerintah dapat terus memantau perkembangan harga dan memastikan bahwa pasokan sembako tetap stabil, sehingga masyarakat dapat menjalani bulan Ramadan dengan tenang tanpa terbebani oleh lonjakan harga yang tidak terkendali.

Terkini