JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa rakyat Indonesia patut berbangga karena negara ini memiliki cadangan emas terbesar ke-6 di dunia. Tidak hanya memiliki kekayaan alam melimpah, kini Indonesia juga mampu mengolah emasnya secara mandiri hingga menjadi emas batangan, tanpa harus bergantung pada negara lain.
Kebanggaan ini semakin nyata dengan diresmikannya pabrik pengolahan emas Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini dirancang untuk menghasilkan antara 50-60 ton emas per tahun, yang sebelumnya harus diekspor dalam bentuk konsentrat sebelum dimurnikan.
"Indonesia patut berbangga memiliki cadangan emas ke-6 terbesar di dunia dan kini mampu mengolahnya secara mandiri dari hulu ke hilir. Konsentrat yang sebelumnya diekspor kini dapat dimurnikan menjadi logam mulia emas dan perak di dalam negeri," ujar Prabowo saat meresmikan fasilitas PMR di Gresik.
Presiden juga menekankan bahwa keberadaan fasilitas ini merupakan langkah besar dalam kedaulatan industri tambang nasional. Dengan adanya pabrik ini, Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga bisa mendapatkan nilai tambah dari pemurnian emas dan logam mulia lainnya.
"Kita optimis dan bersyukur atas melimpahnya sumber daya alam Indonesia. Sudah menjadi tugas kita bersama untuk mengelolanya dengan sebaik-baiknya, tertib, dan transparan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," lanjutnya.
Pabrik Emas Terbesar di Indonesia dengan Investasi Rp 10 Triliun
Dalam peresmian tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa fasilitas PMR ini adalah pabrik emas terbesar di Indonesia. Dengan nilai investasi mencapai USD 630 juta atau setara dengan Rp 10 triliun, pabrik ini mampu memproses emas dari sekitar 3 juta ton konsentrat setiap tahunnya.
"Produksi emas dari 3 juta konsentrat ini kurang lebih 50-60 ton emas. Untuk pabrik di Freeport Gresik saja bisa menghasilkan angka tersebut. Jika ditambah dengan produksi dari Amman Mineral yang mencapai 18-20 ton emas, maka total produksi emas dari dua pabrik ini bisa mencapai 60-70 ton emas per tahun," jelas Bahlil dalam sambutannya di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, pada 17 Maret 2025.
Fasilitas PMR ini bukan sekadar pabrik emas, tetapi menjadi bagian dari proyek smelter konsentrat tembaga terbesar di dunia dengan single line system. Smelter ini dibangun dengan nilai investasi mencapai USD 4,2 miliar atau setara Rp 66 triliun. Dengan keberadaan smelter ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai pusat pemrosesan logam mulia di kawasan Asia.
Dampak Ekonomi dan Industri Tambang Nasional
Peresmian Precious Metal Refinery (PMR) ini membawa dampak positif yang signifikan bagi Indonesia, terutama dalam meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan dan memperkuat industri dalam negeri.
Sebelumnya, Indonesia harus mengekspor konsentrat emas ke luar negeri untuk dimurnikan, yang membuat keuntungan lebih banyak dinikmati negara lain. Namun, dengan adanya fasilitas pemurnian emas di dalam negeri, nilai ekonomi dari komoditas ini akan lebih maksimal dan berkontribusi langsung terhadap perekonomian nasional.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, yang turut hadir dalam peresmian tersebut, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi industri tambang yang telah dicanangkan pemerintah.
"Pemerintah ingin memastikan bahwa Indonesia tidak lagi hanya menjadi negara pengekspor bahan mentah. Kita harus mampu mengolah sendiri sumber daya yang kita miliki agar manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh rakyat," kata Erick.
Selain meningkatkan nilai ekonomi, pabrik ini juga menciptakan ribuan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta memberikan dampak positif bagi sektor industri pendukung lainnya.
Prospek Masa Depan: Indonesia Menuju Pemimpin Industri Emas Global
Keberadaan pabrik pengolahan emas terbesar di Indonesia ini menjadi bukti bahwa negara ini semakin mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya. Dengan cadangan emas terbesar ke-6 di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri emas global.
Ke depan, pemerintah diharapkan terus mendorong investasi dalam sektor hilirisasi tambang, sehingga Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi juga bisa menjadi eksportir produk logam mulia yang telah diproses dengan standar internasional.
Dengan langkah strategis ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya dalam industri pertambangan global. Rakyat Indonesia kini tidak hanya bangga memiliki cadangan emas yang melimpah, tetapi juga bisa menikmati hasilnya dengan adanya fasilitas pemurnian emas yang dikelola di dalam negeri.