JAKARTA - Perusahaan tersebut tampaknya sedang mengalihkan fokus bisnisnya dari sektor batu bara, mengawali langkah ini dengan penjualan salah satu tambang strategisnya. Seperti yang diungkapkan oleh United Tractors (UNTR), anak usaha Astra International, mereka memutuskan untuk menjual saham mereka dalam proyek tambang yang dikelola oleh Tuah Turangga Agung.
Dalam upaya memperjelas langkah strategis ini, United Tractors mengumumkan bahwa anak perusahaannya akan melepaskan seluruh kepemilikan saham pada Borneo Berkat Makmur. Perusahaan tersebut saat ini memegang 60 persen kepemilikan saham dalam tambang batu bara bernama Piranti Jaya Utama. Nilai transaksi yang diusulkan untuk penjualan ini mencapai angka signifikan, USD 34,2 juta, dan pihak pembelinya adalah Reswara Minerga Hartama. Penjualan ini dijadwalkan rampung setelah seluruh persyaratan yang disepakati dipenuhi.
Menurut Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan United Tractors, transaksi penjualan ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual beli yang telah dilakukan pada tanggal 3 Maret 2025. “Setelah penandatangan perjanjian jual beli pada tanggal 3 Maret ini, Reswara Minerga Hartama akan menggunakan usaha yang wajar untuk memenuhi persyaratan dengan tenggat waktu kuartal 2 tahun 2025 atau waktu lain yang disepakati,” ungkap Sara.
Langkah yang diambil oleh Astra International melalui anak perusahaannya ini sejalan dengan tren global di mana beberapa perusahaan besar mulai meminimalisir keterlibatannya dalam industri batu bara. Hal ini dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan global untuk mengurangi jejak karbon dan menyesuaikan diri dengan kebijakan energi bersih. Dengan merampingkan lini usaha di sektor batu bara, Astra International berharap dapat menjalankan proses bisnis yang lebih terfokus, efektif, dan optimal di sektor-sektor lain yang lebih berkelanjutan.
Dalam keterangan lebih lanjut, Sara menegaskan bahwa transaksi ini bukan merupakan transaksi afiliasi sebagaimana diatur dalam peraturan nomor 42/POJK.04/2020 yang mengatur tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan. "Kami ingin menggarisbawahi bahwa rencana transaksi ini bukanlah transaksi afiliasi," kata Sara, menepis spekulasi yang mungkin timbul terkait dengan hubungan antar perusahaan.
Sara juga menjelaskan bahwa transaksi ini pun tidak tergolong sebagai transaksi material sesuai dengan ketentuan 17/POJK.04/2020 mengenai transaksi material dan perubahan kegiatan usaha. "Transaksi ini memang signifikan dari sudut pandang operasional, namun tidak tergolong material secara peraturan. Kami optimis bahwa dengan langkah ini, United Tractors dan Astra International dapat lebih memusatkan sumber dayanya pada sektor yang memiliki pertumbuhan lebih menjanjikan,” Sara menambahkan.
Pengumuman ini menandai fase baru dalam pendekatan bisnis Astra International terhadap industri batu bara, yang selama ini menjadi salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonominya di Indonesia. Meskipun demikian, langkah ini menunjukkan perubahan strategi yang mengindikasikan kesiapan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan global serta permintaan pasar menuju energi dan industri yang lebih ramah lingkungan.
Sektor batu bara sendiri tengah mengalami tekanan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan investor yang mendorong lebih banyak investasi ke arah energi terbarukan. Perubahan iklim dan dampaknya yang luas pada ekonomi dunia menuntut adanya percepatan perubahan dalam kebijakan energi dari perusahaan besar seperti Astra International.
Keputusan divestasi dari tambang batu bara ini memberikan sinyal kuat tentang niat Astra untuk terus berkembang dengan melakukan transformasi yang relevan dengan tren masa depan. Di tengah perubahan itu, Astra Group dapat menggunakan modal yang diperoleh dari penjualan untuk memperkuat pijakan di sektor lain yang memiliki prospek pertumbuhan lebih cerah dan berkelanjutan.
Dengan strategi ini, Astra International diharapkan dapat terus menavigasi tantangan bisnis global dengan lebih adaptif dan inovatif, sejalan dengan perubahan paradiqma dalam sistem energi global. Langkah ini tidak hanya akan membantu dalam menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang Astra, tetapi juga menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung serta beradaptasi dengan kebijakan dan inisiatif ramah lingkungan yang diusung global. Transformasi ini menjadi refleksi dari visi Astra International yang menargetkan masa depan lebih hijau dan berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.