Harga Batu Bara Menguat Berkat Pemulihan Pasokan, Indonesia Raih Rekor Produksi

Kamis, 01 Mei 2025 | 10:28:13 WIB
Harga Batu Bara Menguat Berkat Pemulihan Pasokan, Indonesia Raih Rekor Produksi

JAKARTA - Harga batu bara kembali menunjukkan tren positif pada Rabu (30/4/2025), setelah sebelumnya sempat tertekan. Kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh potensi gangguan pasokan dari Australia, yang mengimbangi tekanan akibat melimpahnya pasokan batu bara di Asia dan rendahnya permintaan global. Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Mei 2025 naik sebesar US$ 0,25 menjadi US$ 97,5 per ton. Kenaikan serupa juga terjadi pada harga batu bara untuk pengiriman Juni 2025 yang menguat US$ 0,55 menjadi US$ 101 per ton. Harga batu bara untuk pengiriman Juli 2025 juga tercatat naik US$ 0,8 menjadi US$ 104 per ton.

Di pasar Rotterdam, harga batu bara juga mengalami kenaikan. Harga batu bara untuk pengiriman Mei 2025 naik US$ 0,65 menjadi US$ 93,65 per ton, sementara pada Juni 2025 menguat US$ 0,85 menjadi US$ 95,55 per ton. Harga batu bara untuk pengiriman Juli 2025 tercatat naik US$ 0,65 menjadi US$ 95,95 per ton. Berdasarkan data dari Trading View, harga batu bara Newcastle berhasil pulih dan kembali menguat ke level US$ 97 per ton, setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam hingga mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir, yakni US$ 93,7 pada 23 April 2025.

Kenaikan harga batu bara ini dipicu oleh gangguan pasokan yang terjadi di Australia, salah satu produsen utama batu bara termal di dunia. Produsen batu bara Whitehaven mencatat bahwa cuaca buruk pada kuartal pertama Maret 2025 menghambat aktivitas ekspor batu bara mereka pada akhir April, sehingga menghentikan penurunan harga batu bara termal Australia. "Cuaca buruk mengganggu operasi kami dan menunda pengiriman batu bara, yang pada akhirnya berdampak pada kestabilan harga," ujar perwakilan dari Whitehaven.

Namun, meskipun harga batu bara menunjukkan kenaikan dalam beberapa minggu terakhir, harga batu bara secara keseluruhan masih mengalami penurunan lebih dari 20% sejak awal tahun 2025. Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga ini adalah musim dingin yang lebih hangat di China, yang mengurangi permintaan listrik untuk pemanas rumah tangga dan juga mempengaruhi permintaan batu bara termal. "Musim dingin yang lebih hangat menyebabkan permintaan energi untuk pemanas rumah tangga jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang memengaruhi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik," kata seorang analis energi di Beijing.

Penurunan ini semakin diperparah dengan catatan penurunan output pembangkit listrik tenaga batu bara di China, yang tercatat menurun sebesar 1,3% secara tahunan pada dua bulan pertama tahun 2025. Data ini menunjukkan bahwa meskipun produksi batu bara domestik di China meningkat, penggunaan batu bara dalam pembangkit listrik tergerus oleh meningkatnya investasi dalam energi alternatif, yang semakin diminati di tengah upaya pemerintah China untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Di sisi lain, Indonesia, sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di dunia, mencatatkan rekor baru dalam produksi batu bara pada tahun 2024. Produksi batu bara Indonesia tercatat mencapai 836 juta ton, melebihi target awal sebesar 18%. Meskipun begitu, meskipun produksi Indonesia meningkat, permintaan terhadap batu bara termal tetap terhambat. Permintaan ini banyak dibatasi oleh tren peningkatan investasi dalam energi terbarukan, yang semakin diminati di banyak negara, termasuk China, yang berencana untuk meningkatkan produksi batu bara sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada 2025.

"Sementara itu, kami terus melihat peningkatan permintaan dari pasar domestik, namun tren global dalam transisi energi terbarukan memberikan tantangan bagi pasar batu bara termal," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Arifin Tasrif, dalam sebuah kesempatan. Indonesia juga menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara memenuhi permintaan energi domestik dan menjaga komitmen terhadap pengurangan emisi karbon di dunia internasional.

Dengan tren harga batu bara yang tidak stabil, pemerintah Indonesia dan negara-negara penghasil batu bara lainnya terus berusaha untuk menyesuaikan strategi mereka agar bisa tetap bersaing di pasar global yang semakin dipengaruhi oleh kebijakan energi terbarukan dan transisi energi global. Harga batu bara yang cenderung fluktuatif di tengah gangguan pasokan dan perubahan pola konsumsi energi ini menunjukkan betapa pentingnya stabilitas pasokan dan permintaan dalam sektor energi global.

Diharapkan dengan adanya upaya kolaborasi internasional dalam memitigasi gangguan pasokan dan permintaan, harga batu bara dapat tetap berada pada level yang wajar. Namun, bagi negara-negara penghasil batu bara seperti Indonesia dan Australia, ketidakpastian harga ini menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga stabilitas ekonomi mereka di tengah tren global yang terus berkembang.

Pemerintah Indonesia, bersama dengan produsen batu bara, terus berupaya untuk mengembangkan pasar yang lebih berkelanjutan untuk batu bara, sambil mendorong diversifikasi energi untuk menghadapi perubahan pasar global yang semakin dinamis.

Terkini

Spinjam Cair Berapa Lama? Simak Penjelasan Ini!

Senin, 22 September 2025 | 23:32:15 WIB

Hukum Zakat Emas Perhiasan dan Cara Menghitungnya

Senin, 22 September 2025 | 23:32:11 WIB

Simulasi KPR BTN Terbaru, Berdasarkan Harga dan Tenor Rumah

Senin, 22 September 2025 | 23:32:09 WIB

7 Rekomendasi Harga Tv Led 32 Inch Terbaik di Indonesia 2025

Senin, 22 September 2025 | 23:32:07 WIB