Produksi Timah PT Timah Tertekan, Harga Jual Justru Naik

Selasa, 23 September 2025 | 09:12:32 WIB
Produksi Timah PT Timah Tertekan, Harga Jual Justru Naik

JAKARTA - Kinerja operasional PT Timah (TINS) Tbk. pada semester I-2025 menunjukkan dinamika yang menarik. Di tengah penurunan signifikan pada produksi dan penjualan, perusahaan justru mencatat kenaikan harga jual rata-rata logam timah. Kondisi ini sekaligus menggambarkan tantangan berat yang dihadapi perseroan dalam menjaga keseimbangan antara produksi, pendapatan, dan profitabilitas.

Laporan terbaru perusahaan mencatat realisasi produksi bijih timah hanya mencapai 6.997 ton Sn. Angka ini turun 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10.250 ton Sn. Penurunan tidak hanya terjadi pada bijih, tetapi juga penjualan dan produksi logam.

Produksi Turun karena Kendala Alat dan Cuaca

Direktur Operasi dan Produksi PT Timah, Nur Adi Kuncoro, menjelaskan bahwa penurunan produksi ini salah satunya disebabkan oleh berkurangnya jumlah alat produksi, terutama kapal isap. Selain itu, faktor cuaca pada tahun ini juga memberikan tekanan yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.

“Memang dari jumlah alat produksi, itu yang cukup signifikan, terutama di sisi kapal isap produksi. Yang kedua adalah memang intensitas cuaca pada tahun 2025 ini juga cukup lebih lama dari tahun lalu,” ujar Nur dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (22/09/2025).

Selain dua faktor utama tersebut, PT Timah juga menghadapi kendala karena beberapa lokasi tambang belum bisa dioperasikan. Beberapa di antaranya berada di Oliver di Laut Belitung, Briga di Bangka Tengah, serta Laut Rias di Bangka Selatan. Hal ini semakin mempersempit ruang produksi yang bisa dilakukan perusahaan sepanjang semester pertama tahun ini.

Penjualan dan Produksi Logam Ikut Terkoreksi

Dampak dari hambatan produksi juga terlihat pada volume penjualan logam timah. Pada semester I-2025, penjualan hanya mencapai 5.983 metrik ton, turun 28% dari 8.299 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu. Produksi logam timah pun ikut tertekan, yakni turun 29% menjadi 6.870 metrik ton dari sebelumnya 9.675 metrik ton.

Namun, meskipun volume menurun, harga jual rata-rata logam timah justru mengalami kenaikan. Perusahaan mencatat harga rata-rata sebesar US$32.816 per metrik ton sepanjang semester I-2025. Angka ini naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$30.397 per metrik ton.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun pasokan terbatas, tingginya harga global masih memberikan ruang bagi perusahaan untuk tetap mencatat kinerja keuangan yang positif, meski dalam skala yang lebih kecil.

Kinerja Keuangan Turun, Laba Tetap Terjaga

Dari sisi finansial, PT Timah mencatat pendapatan sebesar Rp4,2 triliun pada semester I-2025. Angka ini turun 19% dibandingkan dengan realisasi Rp5,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan sebelum pajak juga terkoreksi 31% menjadi Rp838 miliar, dari sebelumnya Rp1,2 triliun.

Meski begitu, perseroan tetap berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp300 miliar. Laba ini turun 31% dibandingkan realisasi Rp434 miliar pada semester I-2024. Penurunan laba mencerminkan dampak langsung dari menurunnya produksi dan penjualan, meskipun kenaikan harga jual rata-rata sempat menjadi penopang.

“Dari posisi neraca, kami sampaikan untuk aset kita adalah di Rp12,3 triliun, sedangkan liabilitas kita adalah Rp5,03 triliun, ekuitas ada di Rp7,2 triliun untuk semester I tahun 2025. Lanjut,” tegas Nur.

Target Produksi dan Penjualan Tahun 2025

Di tengah penurunan kinerja semester pertama, PT Timah tetap menargetkan produksi bijih timah tahun ini sebesar 21.500 ton Sn. Target tersebut lebih tinggi sekitar 10–12% dibandingkan realisasi produksi sepanjang tahun 2024. Selain itu, perusahaan juga menargetkan produksi logam timah sebesar 21.545 metrik ton dan penjualan 19.065 metrik ton.

Sebagai perbandingan, hingga kuartal I-2025, produksi bijih timah baru mencapai 3.215 ton Sn. Angka ini turun 40% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 5.360 ton Sn. Produksi logam juga terkoreksi 31% menjadi 3.095 ton Sn dari sebelumnya 4.475 ton Sn, sementara penjualan logam timah turun 18% menjadi 2.874 metrik ton.

Menariknya, meski volume menurun tajam, harga jual rata-rata logam timah pada kuartal I-2025 tercatat naik signifikan. Perusahaan berhasil menjual dengan harga rata-rata US$32.495 per ton, naik 20% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya US$27.071 per ton.

Pasar Ekspor Masih Mendominasi

Dari sisi distribusi, pasar ekspor masih menjadi tulang punggung utama penjualan PT Timah. Pada kuartal I-2025, ekspor logam timah mencapai 91% dari total penjualan, sementara penjualan domestik hanya 9%.

Enam besar negara tujuan ekspor meliputi Korea Selatan dengan kontribusi 19%, Jepang 19%, Singapura 14%, Belanda 11%, India 2%, dan China 1%. Angka ini menunjukkan bahwa permintaan global terhadap logam timah tetap kuat, sekalipun perusahaan menghadapi tantangan produksi di dalam negeri.

Dominasi ekspor ini juga memperlihatkan posisi strategis Indonesia, khususnya PT Timah, dalam rantai pasokan global logam timah. Dengan kenaikan harga internasional, ekspor memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan perusahaan, meski volume pengiriman lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Tantangan dan Arah Strategis ke Depan

Situasi yang dihadapi PT Timah di semester I-2025 memperlihatkan betapa rentannya industri pertambangan terhadap faktor eksternal seperti cuaca, ketersediaan alat, hingga regulasi tambang. Penurunan produksi dan penjualan menjadi konsekuensi yang sulit dihindari, meskipun perusahaan tetap berusaha menjaga kinerja keuangan melalui kenaikan harga jual.

Ke depan, tantangan terbesar terletak pada bagaimana PT Timah bisa mengejar target produksi tahunan di tengah hambatan yang ada. Optimalisasi peralatan produksi, percepatan izin tambang baru, dan manajemen risiko cuaca menjadi faktor kunci untuk mencapai hasil yang lebih baik pada semester II-2025.

Meski kinerja semester I menurun, tren kenaikan harga global menjadi peluang bagi PT Timah untuk tetap menjaga keberlanjutan bisnis. Selama harga logam timah bertahan tinggi, perusahaan masih memiliki ruang untuk mempertahankan margin keuntungan dan menutup penurunan volume.

Terkini

OJK Beri Izin, Kripto Inovasi Siap Perkuat Pasar Digital

Selasa, 23 September 2025 | 13:05:57 WIB

IPO Merdeka Gold Dorong Kapitalisasi Pasar Bursa Efek

Selasa, 23 September 2025 | 13:05:56 WIB

Emas Tembus Rp62 Juta, Didukung Pemangkasan Suku Bunga

Selasa, 23 September 2025 | 13:05:56 WIB

Menkeu Purbaya Siapkan Gebrakan Dorong Penerimaan Pajak

Selasa, 23 September 2025 | 13:05:55 WIB

SIDO Lakukan Buyback Saham, Tanda Optimisme Pasar

Selasa, 23 September 2025 | 13:05:54 WIB