JAKARTA - Australian Trade and Investment Commission (Austrade) membawa 29 perusahaan agribisnis dan agripangan terkemuka Australia ke Jakarta. Kegiatan ini digelar untuk menjajaki peluang kerja sama dengan pelaku usaha di Indonesia dalam Strategic Agribusiness Partnerships to Indonesia, berlangsung pada 10—11 November 2025.
Austrade bekerja sama dengan National Farmers Federation (NFF) Australia untuk mempertemukan perusahaan-perusahaan Australia dengan mitra potensial di sektor pertanian dan peternakan Indonesia. Beberapa peserta antara lain Austrex, Citrus Australia, Frontier, JT Johnson, Meat & Livestock Australia, dan A2 Milk Company.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, mengatakan kerja sama ekonomi kedua negara berkembang pesat selama lima tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan implementasi Indonesia-Australia Comprehensif Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), yang mendorong perdagangan dan investasi bilateral.
Menurut Kamath, nilai perdagangan antara Indonesia dan Australia meningkat hampir tiga kali lipat menjadi lebih dari 35 miliar dolar Australia. Peningkatan ini menunjukkan potensi pasar yang sangat besar untuk ekspor-impor, terutama dalam sektor agribisnis dan pertanian.
Peluang Investasi dan Perdagangan yang Luas
Selain perdagangan, aliran investasi juga meningkat berkat inisiatif Australia Southeast Asia Economic Strategy. Hasilnya, foreign direct investment (FDI) dari Australia masuk dalam daftar 10 besar ke Indonesia pada 2024.
Australian Business Champion Jennifer Westacott menilai sektor agrikultur Indonesia memiliki permintaan besar dan peluang investasi senilai 5 miliar dolar Australia. Perusahaan dan organisasi Australia ingin berkontribusi dalam perjalanan Indonesia menuju swasembada dan ketahanan pangan nasional.
Westacott menambahkan peluang ini mencakup perdagangan, investasi, pengembangan kapasitas, transfer teknologi, hingga research and development. Pandangan ini menunjukkan bahwa kerja sama kedua negara dapat mencakup seluruh rantai pasok agribisnis, dari produksi hingga pengolahan.
Ia juga melihat Indonesia sebagai pasar potensial untuk produk pertanian dan peternakan Australia. Di sisi lain, peluang bagi investasi Indonesia di Australia juga terbuka lebar, menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
Mendukung Target Swasembada Pangan Nasional
Optimisme Australia tak terlepas dari pandangan positif terhadap transformasi ekonomi Indonesia. Pemerintah dan pelaku usaha Indonesia dinilai responsif terhadap upaya membangun rantai pasok agribisnis yang produktif, tangguh, dan aman.
Su McCluskey, Interim Chief Executive NFF, menekankan bahwa Indonesia dan Australia dapat menjalin kemitraan strategis untuk mendukung target swasembada pangan. Bentuk dukungan ini tidak hanya berupa barang, tetapi juga jasa, teknologi, dan inovasi dalam sektor pertanian dan peternakan.
McCluskey menuturkan perusahaan Australia mengeksplorasi peluang bersama pemerintah, pelaku bisnis, hingga pemangku kepentingan sektor pertanian Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat kapasitas produksi, distribusi, dan pengolahan pangan di Indonesia.
Selain itu, Australia melihat peluang untuk mendatangkan sapi indukan dan sapi perah ke Indonesia. Langkah ini bukan sekadar impor daging sapi dan produk susu, tetapi juga membangun basis produksi yang berkelanjutan di dalam negeri.
Peluang Pakan Ternak dan Pengolahan Lokal
Pengiriman gandum dan kanola (canola meal) untuk pakan ternak juga menjadi salah satu peluang terbuka. McCluskey menekankan kemungkinan pembangunan kemitraan pabrik pengolahan di Indonesia untuk mendukung ketahanan pangan secara menyeluruh.
Selain itu, pengembangan teknologi dan kapasitas sumber daya manusia di sektor agribisnis menjadi fokus penting. Kolaborasi ini memungkinkan Indonesia meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menjaga kualitas produk pertanian dan peternakan.
Kerja sama jangka panjang diharapkan membentuk ekosistem agribisnis yang tangguh dan berdaya saing global. Australia dapat memanfaatkan keunggulan teknologinya, sementara Indonesia mendapatkan akses pasar dan kapasitas produksi yang lebih besar.
Transformasi Ekonomi dan Manfaat Bilateral
Kemitraan strategis ini menekankan pentingnya hubungan ekonomi bilateral antara Australia dan Indonesia. Selain memperkuat perdagangan, kerja sama ini diharapkan menjadi katalis bagi inovasi, transformasi industri agribisnis, dan peningkatan ekspor produk lokal.
Program seperti Strategic Agribusiness Partnerships to Indonesia menjadi wadah untuk memadukan keahlian, teknologi, dan modal dari kedua negara. Hasilnya, sektor pertanian dan peternakan di Indonesia bisa lebih produktif, efisien, dan mampu mendukung ketahanan pangan nasional.
Westacott menegaskan peluang investasi dan perdagangan bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan. Dengan pendekatan kolaboratif, kedua negara dapat menciptakan rantai pasok agribisnis yang inovatif dan berkelanjutan.
McCluskey menambahkan, sektor agribisnis Australia berkomitmen menyediakan solusi yang tepat bagi tantangan Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan mendorong pencapaian target swasembada pangan, memperkuat ketahanan pangan nasional, dan meningkatkan kesejahteraan petani serta pelaku usaha lokal.
Dengan partisipasi 29 perusahaan Australia, peluang perdagangan dan investasi di Indonesia terbuka lebar. Kegiatan ini juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas industri agribisnis nasional sekaligus memperkuat hubungan bilateral yang saling menguntungkan.