Pertumbuhan Manufaktur Nasional Didorong Menjadi Motor Penggerak Ekonomi Indonesia

Selasa, 11 November 2025 | 15:07:22 WIB
Pertumbuhan Manufaktur Nasional Didorong Menjadi Motor Penggerak Ekonomi Indonesia

JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa sektor manufaktur menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kuartal III 2025, manufaktur tumbuh 5,58 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,04 persen (yoy).

Pertumbuhan pada kuartal II 2025 juga menunjukkan tren positif dengan manufaktur tumbuh 5,60 persen (yoy) sementara ekonomi nasional tumbuh 5,12 persen (yoy). Menperin menekankan bahwa mindset yang dikembangkan harus sebaliknya, yaitu pertumbuhan manufaktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi, bukan sebaliknya.

Ia optimistis pada kuartal berikutnya sektor manufaktur tetap mampu mempertahankan momentum pertumbuhan di atas 5,58 persen. Beberapa sektor utama yang menopang pertumbuhan ini antara lain tekstil, baja, dan alas kaki.

Strategi Nasional untuk Mempertahankan Momentum

Kemenperin telah menyiapkan berbagai program untuk menjaga laju positif manufaktur. Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) menjadi salah satu kunci utama untuk mendorong inovasi, peningkatan kapasitas produksi, dan transformasi industri.

Selain SBIN, pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga menjadi fokus agar industri lokal dapat memenuhi kebutuhan manufaktur nasional. Pengembangan industri halal dan transformasi industri hijau turut mendukung daya saing dan keberlanjutan sektor manufaktur.

Dukungan terhadap investasi berorientasi ekspor dan inovasi teknologi menjadi langkah strategis pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan industri. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional.

Sektor-Sektor yang Menunjang Pertumbuhan

Pertumbuhan manufaktur triwulan III 2025 ditopang oleh peningkatan permintaan dari pasar domestik maupun internasional. Industri makanan dan minuman (mamin) tumbuh 6,49 persen, terutama didorong oleh produksi crude palm oil (CPO) dan produk turunannya.

Industri logam dasar mencatat lonjakan pertumbuhan hingga 18,62 persen seiring meningkatnya permintaan ekspor, khususnya besi dan baja. Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga tumbuh 11,65 persen, didorong oleh kebutuhan bahan kimia dan produk turunannya untuk pasar domestik dan ekspor.

Subsektor industri mesin dan perlengkapan menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,74 persen. Sementara subsektor pengolahan lainnya, termasuk jasa reparasi dan pemasangan mesin-peralatan, tumbuh 16,30 persen, menandai efisiensi dan kemampuan adaptasi industri terhadap permintaan pasar.

Tantangan dan Peluang di Masa Mendatang

Menperin menyatakan bahwa semua subsektor industri memiliki potensi untuk ditingkatkan agar mampu menopang pertumbuhan ekonomi. Dengan strategi dan kebijakan yang tepat, industri manufaktur diharapkan dapat tetap tangguh menghadapi tekanan global dan persaingan internasional.

Selain itu, pertumbuhan manufaktur diharapkan menciptakan efek berganda bagi perekonomian nasional. Peningkatan kapasitas produksi tidak hanya mendorong ekspor dan devisa, tetapi juga membuka kesempatan kerja dan mendorong inovasi teknologi di seluruh sektor industri.

Kemenperin optimistis dengan dukungan kebijakan dan program strategis, manufaktur akan terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Momentum positif ini diharapkan dapat berlanjut hingga tahun-tahun mendatang, memperkuat

Terkini