Pertumbuhan Kapasitas Produksi Keramik Nasional Capai 73 Persen, Menuju Empat Besar Dunia

Selasa, 11 November 2025 | 15:07:29 WIB
Pertumbuhan Kapasitas Produksi Keramik Nasional Capai 73 Persen, Menuju Empat Besar Dunia

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis Indonesia akan segera menembus posisi empat besar produsen keramik global. Saat ini, kapasitas produksi nasional mencapai 625 juta meter persegi per tahun, menempatkan Indonesia di peringkat lima dunia.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menyatakan keyakinannya bahwa dengan dukungan investasi dan kebijakan yang tepat, posisi empat besar bisa dicapai dalam waktu dekat. Perkembangan industri keramik nasional menunjukkan tren positif yang konsisten setiap tahunnya.

Pada triwulan II 2025, subsektor semen, keramik, dan pengolahan bahan galian nonlogam tumbuh 10,07 persen secara tahunan (year on year/YoY). Pertumbuhan ini menjadikan sektor keramik salah satu subsektor unggulan di manufaktur nonmigas.

Investasi dan Tenaga Kerja

Sejak 2020 hingga 2024, total realisasi investasi di sektor keramik mencapai Rp20,3 triliun. Investasi tersebut menyerap sekitar 10.000 tenaga kerja, menunjukkan kontribusi industri terhadap penyerapan lapangan kerja nasional.

Hingga saat ini, total nilai investasi sektor keramik Indonesia telah menembus Rp224 triliun. Industri ini mampu menyerap sekitar 40.000 tenaga kerja di berbagai segmen rantai produksi, dari pabrik hingga distribusi.

Taufiek menekankan bahwa prospek industri keramik nasional masih sangat menjanjikan. Peningkatan pembangunan infrastruktur, properti, dan konstruksi menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri ini.

Tingkat konsumsi keramik domestik per kapita masih sekitar 2,2 meter persegi, lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Thailand. Hal ini menandakan adanya ruang besar untuk ekspansi pasar domestik dan peningkatan produksi.

Kawasan Industri Strategis dan Insentif

Kemenperin telah menyiapkan kawasan industri strategis di Batang, Kendal, dan Semarang. Kawasan ini dipilih karena dekat dengan pelabuhan utama, jaringan jalan tol, serta infrastruktur gas yang memadai untuk mendukung produksi keramik.

Selain itu, investor domestik maupun asing ditawarkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi serta memperkuat posisi industri keramik nasional di kancah global.

Pengembangan kawasan industri strategis juga diharapkan dapat mengatasi tantangan suplai bahan baku seperti clay dan feldspar, yang sebagian besar berasal dari Jawa Barat. Dengan ketersediaan bahan baku yang lebih terjamin, industri keramik dapat meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk.

Forum Dunia dan Utilisasi Produksi

Pada Senin, 10 November 2025, Indonesia melalui Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyelenggarakan The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) di Yogyakarta. Forum ini dihadiri delegasi internasional dan menjadi momentum penting untuk menampilkan kekuatan industri keramik nasional.

Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, menyampaikan bahwa utilisasi produksi nasional Januari hingga Oktober 2025 mencapai 72,5 persen. Angka ini meningkat dibandingkan semester I 2025 yang berada di level 71 persen, menandakan arah perbaikan industri.

Asaki memproyeksikan hingga akhir tahun 2025 utilisasi produksi keramik nasional mencapai 73 persen. Peningkatan ini menunjukkan pertumbuhan yang positif dibandingkan tahun 2024 dan menjadi indikasi kesiapan industri menghadapi permintaan global.

Meskipun industri keramik nasional menunjukkan kinerja baik, beberapa tantangan tetap ada. Pasokan gas, lonjakan impor, dan keterbatasan suplai bahan baku menjadi isu yang perlu diatasi agar target posisi empat besar dunia dapat tercapai.

Posisi Indonesia di Pasar Global

Saat ini, produsen keramik terbesar di dunia adalah China, India, Italia, dan Spanyol. Indonesia menempati posisi lima besar dan berpotensi naik ke empat besar dengan pertumbuhan kapasitas dan kualitas produksi yang terus meningkat.

Kemenperin percaya bahwa kombinasi investasi strategis, pemanfaatan kawasan industri, dan kebijakan pendukung akan memperkuat daya saing industri keramik nasional. Pertumbuhan sektor ini tidak hanya berdampak pada ekonomi domestik tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pemain penting di pasar keramik global.

Dengan strategi yang tepat, peningkatan kapasitas produksi, dan penguatan rantai pasok, Indonesia diyakini mampu menggeser posisi salah satu produsen besar di dunia. Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat industri manufaktur nonmigas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Terkini