Bank Indonesia

Bank Indonesia: Rupiah Diproyeksikan Menguat di Paruh Kedua Tahun Ini

Bank Indonesia: Rupiah Diproyeksikan Menguat di Paruh Kedua Tahun Ini
Bank Indonesia: Rupiah Diproyeksikan Menguat di Paruh Kedua Tahun Ini

JAKARTA - Bank Indonesia menyampaikan optimisme terhadap arah pergerakan nilai tukar rupiah pada paruh kedua tahun ini. Proyeksi penguatan kurs tersebut didasarkan pada solidnya kondisi eksternal, terutama neraca pembayaran dan perdagangan Indonesia yang tetap menunjukkan performa positif.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI, Firman Mochtar, menjelaskan bahwa tren penguatan rupiah sudah mulai terlihat sejak periode libur Lebaran lalu. Dalam momen tersebut, intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia di pasar uang melalui instrumen market development funds berhasil menjaga rupiah tetap stabil di kisaran Rp 16.700, meskipun saat itu tekanan eksternal cukup tinggi.

Langkah Intervensi Terukur oleh Bank Indonesia
Salah satu upaya strategis yang ditempuh Bank Indonesia adalah menjaga volatilitas kurs tetap dalam batas yang wajar. Saat nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 17.300 di pasar global, BI segera mengambil langkah intervensi secara terukur. Melalui kebijakan di pasar valuta asing, rupiah berhasil dikembalikan ke posisi lebih stabil di angka Rp 16.700.

Langkah ini menunjukkan kesiapan dan ketegasan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter. Firman menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari upaya menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia.

Faktor Penopang Ekonomi Semester Kedua
Selain stabilnya neraca perdagangan, beberapa faktor domestik turut mendukung penguatan rupiah pada semester II 2025. Salah satunya adalah kebijakan fiskal pemerintah yang cenderung ekspansif. Stimulus anggaran serta peningkatan belanja negara di paruh kedua tahun ini menjadi dorongan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam penjelasannya, Firman menyebutkan bahwa aktivitas fiskal tersebut memberikan efek berantai terhadap pertumbuhan konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya memperkuat daya tahan ekonomi terhadap gejolak global. Hal ini turut menciptakan sentimen positif bagi mata uang rupiah.

Aliran Modal Asing Tetap Mengalir Masuk
Bank Indonesia juga mencatat masuknya arus modal asing secara konsisten ke pasar keuangan domestik. Tren ini menjadi indikator kuat bahwa investor global masih menaruh kepercayaan tinggi terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Menurut Firman, arus modal tersebut tidak hanya berasal dari pasar saham, tetapi juga dari pasar obligasi negara. Kombinasi antara surplus neraca perdagangan dan masuknya investasi portofolio membantu memperkuat posisi cadangan devisa nasional.

Dengan cadangan devisa yang kokoh, Bank Indonesia memiliki ruang lebih luas dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta menjalankan kebijakan moneter yang lebih fleksibel.

Kinerja Rupiah di Pasar Spot dan Kurs Tengah BI
Seiring dengan berbagai faktor pendukung yang ada, pergerakan rupiah di pasar spot mencerminkan tren penguatan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat di level Rp 16.295 per dolar AS, naik 0,15 persen dari hari sebelumnya yang berada di Rp 16.303.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia atau JISDOR mencatat rupiah pada angka Rp 16.283 per dolar AS. Angka ini juga menunjukkan penguatan dibanding hari sebelumnya yang tercatat Rp 16.298.

Tren penguatan tersebut memperkuat optimisme bahwa dengan kebijakan yang tepat dan kondisi makroekonomi yang mendukung, nilai tukar rupiah akan mampu bergerak lebih stabil dan cenderung menguat dalam beberapa bulan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index