Musik

Coachella 2025: Festival Musik Dunia yang Jadi Panggung Gaya Hidup dan Fashion Global

Coachella 2025: Festival Musik Dunia yang Jadi Panggung Gaya Hidup dan Fashion Global
Coachella 2025: Festival Musik Dunia yang Jadi Panggung Gaya Hidup dan Fashion Global

JAKARTA - Festival musik Coachella Valley Music and Arts Festival, atau yang lebih dikenal dengan nama Coachella, telah menjelma menjadi lebih dari sekadar perayaan musik tahunan. Sejak pertama kali digelar pada 1999, festival ini berkembang menjadi ajang budaya global yang tak hanya menghadirkan deretan musisi kelas dunia, tetapi juga menjadi panggung besar bagi ekspresi seni, gaya hidup, dan terutama fashion.

Setiap bulan April, ribuan orang dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong menuju Empire Polo Club di Indio, California, Amerika Serikat, untuk menikmati rangkaian penampilan musisi lintas genre dalam suasana gurun yang eksotis. Namun yang menarik, sejak awal 2000-an, Coachella mulai dikenal luas bukan hanya karena line-up musiknya yang luar biasa, tapi juga karena identitas fesyennya yang unik dan mencolok. Festival ini menjadi trensetter yang menginspirasi gaya berpakaian musim semi dan musim panas di seluruh dunia.

“Coachella bukan lagi hanya festival musik. Ini adalah panggung mode dunia, tempat di mana para influencer, selebriti, dan pengunjung biasa sama-sama menunjukkan ekspresi diri mereka melalui busana,” ujar salah satu pengamat budaya pop dari Los Angeles Times dalam salah satu ulasannya.

Pada awalnya, Coachella memang dirancang sebagai festival musik alternatif yang menampilkan musisi-musisi independen dan eksperimental. Tahun 1999 menjadi tonggak pertama pelaksanaannya, dengan pengisi acara seperti Beck, Rage Against the Machine, hingga Morrissey. Namun sejak awal dekade 2010-an, popularitas Coachella melonjak tajam, seiring dengan pertumbuhan media sosial dan munculnya influencer digital yang menjadikan festival ini sebagai ajang unjuk diri di Instagram, TikTok, dan platform lainnya.

Fakta ini membuat Coachella menjadi salah satu festival musik dengan daya tarik visual terkuat di dunia. Perpaduan antara backdrop gurun yang estetik, instalasi seni raksasa, panggung kreatif, dan busana para pengunjung yang penuh gaya menjadikannya magnet tak hanya untuk penikmat musik, tetapi juga fotografer, fashion blogger, hingga brand ternama.

“Yang membuat Coachella berbeda adalah atmosfernya. Bukan hanya musik yang mengisi udara, tapi juga kreativitas dalam bentuk visual dan fashion,” kata desainer asal New York, Emily Gardner, yang rutin menghadiri Coachella sejak 2015.

Fashion Coachella bahkan disebut-sebut sebagai ‘runway tak resmi’ musim semi. Dari tahun ke tahun, terlihat pola yang konsisten: fringe top, bohemian dress, kacamata besar, sepatu bot koboi, hiasan kepala bunga, hingga body art. Tren ini kemudian diadopsi ke berbagai festival lain di seluruh dunia, dari Glastonbury di Inggris hingga We The Fest di Indonesia.

Namun, gaya berpakaian di Coachella tidak hanya mengikuti tren—ia juga menciptakan tren. Kehadiran selebriti seperti Beyoncé, Kendall Jenner, Gigi Hadid, atau Harry Styles, lengkap dengan outfit ikonik mereka, menjadikan Coachella sebagai referensi gaya tahunan yang dinanti-nanti. Tak heran, banyak brand fashion ternama bahkan merilis koleksi khusus edisi "festival look" menjelang Coachella.

Fenomena ini membuat beberapa orang mempertanyakan identitas utama Coachella: apakah ia masih festival musik, atau sudah berubah menjadi peragaan busana terbuka terbesar di dunia?

Menanggapi hal ini, salah satu penyelenggara Coachella dalam wawancara dengan Billboard menyatakan bahwa identitas Coachella memang bersifat multidimensional. “Coachella adalah representasi dari evolusi budaya populer modern. Musik tetap menjadi inti kami, tapi kami juga merayakan seni, gaya hidup, dan komunitas,” ujarnya.

Meski aspek fashion sangat dominan, tak dapat disangkal bahwa kualitas pertunjukan musik di Coachella tetap berada di level teratas. Festival ini menjadi ajang debut dan reuni bagi sejumlah nama besar dalam industri musik. Salah satu momen paling ikonik adalah ketika Beyoncé tampil sebagai headliner pada tahun 2018 dalam pertunjukan bertajuk “Beychella” yang dipuji kritikus sebagai salah satu konser terbaik dalam sejarah festival. Kemunculan boyband legendaris BLACKPINK sebagai headliner Asia pertama juga menjadi bukti bahwa Coachella membuka panggungnya untuk keragaman global.

Dari sisi ekonomi, Coachella menjadi salah satu festival musik dengan pendapatan terbesar di dunia. Pada tahun-tahun sebelum pandemi, festival ini mampu menghasilkan lebih dari 100 juta dolar AS per tahun dari penjualan tiket, sponsor, merchandise, dan aktivitas komersial lainnya. Ribuan lapangan kerja tercipta, baik langsung maupun tidak langsung, dan kawasan Coachella Valley pun mendapat dampak positif dari meningkatnya jumlah wisatawan.

Meski sempat vakum karena pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021, Coachella kembali dengan kekuatan penuh pada 2022 dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai ikon budaya. Tahun 2025 ini, festival kembali digelar dalam dua akhir pekan, menampilkan musisi dari berbagai genre pop, rock, EDM, hip-hop, hingga musik dunia.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Kritik terhadap komersialisasi berlebihan, eksklusivitas harga tiket, dan pengaruh selebritas yang membuat festival ini dianggap menjauh dari akarnya sebagai ruang bagi musisi alternatif, menjadi perdebatan yang muncul saban tahun. Beberapa pihak menilai bahwa Coachella kini lebih condong menjadi ‘festival untuk dilihat, bukan untuk didengarkan.’

Tetapi bagi jutaan pengunjungnya, Coachella tetap menjadi ruang magis di mana musik, seni, dan ekspresi diri bersatu dalam harmoni yang unik. Festival ini adalah cerminan zaman, di mana batas antara hiburan, gaya hidup, dan seni semakin kabur namun tetap menyatu secara menakjubkan.

Dengan segala kontroversi dan pesonanya, satu hal tetap jelas: Coachella tidak akan pernah sekadar festival musik biasa. Ia adalah panggung global bagi generasi yang ingin didengar dan dilihat—baik melalui nada, lirik, warna, maupun gaya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index