JAKARTA - Harga batu bara tercatat mengalami penguatan pada perdagangan akhir pekan lalu, meskipun tren negatif jangka panjang masih belum teratasi. Pada Jumat (2 Mei 2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup di level US$ 98 per ton, mengalami kenaikan sebesar 0,51% dibandingkan dengan harga sehari sebelumnya.
Dalam periode satu minggu terakhir, harga batu bara tercatat membukukan kenaikan sebesar 2,78% secara point-to-point, namun belum mampu keluar dari tren negatif yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara masih tercatat turun sebesar 1,41%.
Secara year-to-date, harga batu bara anjlok sebesar 21,76%, sementara jika dibandingkan dengan harga setahun lalu, harga batu bara tercatat merosot tajam hingga 32,69%.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Batu Bara
Meski begitu, ada beberapa faktor yang memberikan tekanan positif pada harga batu bara. Salah satu faktor utama adalah kenaikan harga gas alam yang turut mengangkat harga batu bara. Sepanjang pekan lalu, harga gas di pasar TTF Belanda tercatat naik sebesar 0,59%, sementara harga gas di Inggris meningkat sebesar 2,77%.
"Ketika harga gas semakin mahal, insentif untuk beralih ke batu bara akan meningkat," kata analis pasar energi yang mengamati pergerakan harga komoditas energi.
Kenaikan harga gas ini sendiri dipengaruhi oleh meredanya ketegangan dalam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Berdasarkan laporan Bloomberg News, China membuka ruang untuk negosiasi perdagangan dengan AS, yang menciptakan harapan akan pemulihan hubungan dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.
"Sejumlah pesan telah disampaikan oleh AS kepada China dengan tujuan membuka dialog. Kini, China sedang mengkaji kemungkinan ini," ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam keterangannya.
Jika ketegangan dagang mereda dan hubungan perdagangan AS-China membaik, maka dapat meningkatkan arus perdagangan global. Hal ini, pada gilirannya, akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konsumsi energi, yang turut mendorong permintaan terhadap komoditas energi seperti gas dan batu bara.
Proyeksi Harga Batu Bara: Menguat atau Terkoreksi?
Melihat proyeksi harga batu bara untuk minggu ini, meski ada faktor pendorong yang memberi peluang penguatan harga, analisis teknikal menunjukkan bahwa batu bara masih terjebak dalam tren bearish.
Secara teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) menunjukkan angka 28,95, yang berada di bawah level 50 dan menunjukkan bahwa pasar batu bara sedang berada dalam posisi bearish. Indikator ini mencerminkan kurangnya minat beli pada komoditas tersebut, yang membuat harga tertekan.
Selain itu, indikator Stochastic RSI tercatat di angka 17,31, yang menunjukkan bahwa batu bara telah mencapai zona jenuh jual atau oversold. Meskipun begitu, oversold bukan berarti harga batu bara pasti akan rebound, melainkan bisa menjadi indikasi bahwa harga sudah berada pada level yang sangat rendah dan dapat memicu pembalikan arah jika ada sentimen yang mendukung.
Sementara itu, indikator Average True Range (ATR) dalam 14 hari terakhir menunjukkan angka 3,75, yang menandakan bahwa harga batu bara masih memiliki volatilitas yang tinggi. Hal ini bisa menjadi sinyal bahwa harga batu bara dapat bergerak fluktuatif dalam waktu dekat, tergantung pada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pasar.
Target Harga Batu Bara: Resisten dan Support
Berdasarkan perhitungan teknikal, harga batu bara saat ini telah menyentuh level Moving Average (MA) 10, yang sering digunakan sebagai indikator level support dan resisten. Dengan demikian, target resisten terdekat untuk harga batu bara saat ini berada di level MA-20 yang sekitar US$ 107 per ton. Jika harga mampu menembus level tersebut, ada kemungkinan harga batu bara dapat melanjutkan penguatan.
Namun, jika harga batu bara gagal mempertahankan level ini, target support terdekat berada pada kisaran US$ 96 per ton. Jika level support tersebut tertembus, harga batu bara bisa mengalami penurunan lebih lanjut, bahkan menuju angka US$ 91 per ton.
Potensi Penguatan Terbatas
Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa faktor eksternal yang memberi dorongan positif bagi harga batu bara, seperti kenaikan harga gas alam dan meredanya ketegangan perang dagang, prospek harga batu bara tetap dibayangi oleh tren bearish jangka panjang. Dengan indikator teknikal yang menunjukkan potensi koreksi, pasar batu bara masih berada dalam zona volatilitas tinggi dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang stabil.
Para pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap fluktuasi harga batu bara yang bisa terjadi dalam waktu dekat, dan memantau perkembangan ekonomi global serta faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan energi untuk memperkirakan arah pergerakan harga batu bara selanjutnya.