JAKARTA - Tren alokasi portofolio investor Indonesia mulai menunjukkan pergeseran signifikan ke arah emas. Aset logam mulia ini semakin menjadi primadona di tengah ketidakpastian global dan tekanan pasar. Namun, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menilai tren ini tidak serta merta menggeser kebutuhan investor secara keseluruhan.
BCA mencatat bahwa portofolio investasi nasabah mereka masih beragam, menyesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan masing-masing individu. Hera F. Haryn, EVP Secretariat & Corporate Communication BCA, menjelaskan bahwa keragaman instrumen investasi tetap menjadi prinsip utama dalam pengelolaan kekayaan nasabah. “Cenderung beragam ke berbagai instrumen investasi, sesuai dengan kebutuhan, jangka waktu investasi, serta profil risiko nasabah,” ujar Hera, dikutip Minggu, 21 September 2025.
BCA Catat Tren Positif Layanan Wealth Management
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya investasi jangka panjang turut mendorong pertumbuhan layanan Wealth Management BCA.Pertumbuhan tersebut tercermin dari peningkatan dana kelolaan (AUM) pada semester I/2025, khususnya pada kelas aset Pasar Uang dan Pendapatan Tetap.
Produk seperti Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Obligasi menjadi pilihan utama nasabah dalam beberapa bulan terakhir.Menurut Hera, strategi investasi tetap disesuaikan secara berkala dengan perkembangan pasar dan regulasi terbaru. BCA juga mengkaji ulang solusi yang ditawarkan guna memastikan nasabah memperoleh produk dengan value proposition yang optimal.
Dalam mendukung kemudahan akses investasi, BCA menghadirkan berbagai produk unggulan mulai dari reksa dana senilai Rp10.000 hingga SBN dengan harga kompetitif mulai dari Rp1 juta.
Lebih dari 190 kantor cabang disiapkan untuk melayani transaksi investasi secara langsung hingga akhir September 2025.
Tidak hanya itu, transformasi digital juga menjadi fokus utama BCA dengan menghadirkan fitur investasi pada aplikasi myBCA.
Langkah ini diambil agar nasabah bisa mengelola investasi dan perbankan mereka dalam satu platform yang dapat diakses kapan pun, di mana pun.
Investor Kaya Kian Tertarik pada Emas Fisik
Temuan dari laporan HSBC Affluent Investor Snapshot 2025 menunjukkan bahwa investor kaya di Indonesia kini makin condong menyimpan emas fisik dalam portofolio mereka.
Kelas aset ini mengalami pertumbuhan alokasi sebesar 12 poin persentase, menjadi 25% dari total aset yang dimiliki oleh investor affluent Indonesia.
Investor ini umumnya memiliki dana siap investasi antara US$100.000 hingga US$2 juta, setara dengan Rp1,5 miliar hingga Rp30 miliar.
Sumirat Gandapraja, Head of Networks Sales and Distribution HSBC Indonesia, menyebutkan bahwa emas kini menggeser porsi uang tunai.
“Di sini ada kecenderungan bahwa Indonesia akhirnya mengurangi porsi cash dan pindahnya mostly ke emas,” ujarnya saat media briefing di Jakarta Selatan, Selasa, 16 September 2025.
Masih menurut HSBC, selain emas, alokasi portofolio para investor kaya ini juga tersebar pada properti (10%), obligasi (10%), dan saham (5%).
Adapun tiga produk investasi yang paling banyak dimiliki adalah emas fisik (44%), deposito berjangka (33%), dan investasi terkelola (31%).
Kebutuhan Beragam, Strategi Harus Fleksibel
Meski tren menunjukkan dominasi emas, BCA menegaskan bahwa pendekatan satu arah dalam investasi bukanlah solusi jangka panjang.
Pentingnya menyesuaikan instrumen dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko tetap menjadi kunci keberhasilan investasi.
BCA secara aktif memberikan edukasi dan solusi personal melalui tenaga pemasar dan digital platform agar nasabah bisa mengambil keputusan secara bijak.
Perusahaan menilai bahwa fleksibilitas dalam penyusunan portofolio menjadi hal krusial di tengah dinamika pasar yang cepat berubah.
Dengan menawarkan berbagai produk dan memperluas akses digital serta fisik, BCA berharap bisa terus mendampingi nasabah dalam meraih tujuan keuangan mereka.
Langkah-langkah ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga mempersiapkan nasabah agar siap menghadapi berbagai kondisi pasar di masa depan.