Rupiah

Gejolak Global dan The Fed Pengaruhi Pelemahan Rupiah Hari Ini

Gejolak Global dan The Fed Pengaruhi Pelemahan Rupiah Hari Ini
Gejolak Global dan The Fed Pengaruhi Pelemahan Rupiah Hari Ini

JAKARTA - Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan Senin, 22 September 2025. Rupiah tercatat melemah sebesar 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.611 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.601 per dolar AS.

Data dari kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan rupiah ke level Rp16.607 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.578 per dolar AS.

Menurut Ibrahim Assuabi, analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh eskalasi ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah.

“Secara eksternal sendiri, kita melihat bahwa geopolitik di Timur Tengah (dan) di Eropa terus menjadi-jadi, di mana Rusia terus melakukan penyerangan terhadap wilayah Ukraina secara sporadis,” ungkap Ibrahim dalam rekaman suara di Jakarta, Senin.

Selain itu, situasi di Timur Tengah makin memanas menjelang sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang banyak negara berencana mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Negara-negara seperti Inggris, Australia, dan Kanada termasuk yang sudah menyatakan pengakuan tersebut.

“Ikatan sidang umum PBB akan menjadi momentum bagi beberapa negara untuk mengakui Palestina, sehingga menambah sentimen negatif terhadap rupiah,” tambah Ibrahim.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Minggu, 21 September 2025, menyebutkan adanya lebih dari 1.500 serangan pesawat tanpa awak dan ribuan komponen persenjataan asing yang digunakan Rusia dalam konflik tersebut.

Zelenskyy memperingatkan bahwa jika Rusia tidak dihentikan, konflik ini bisa menjadi ancaman besar bagi Eropa dan kawasan Indo-Pasifik. Karena itu, dia mendorong Uni Eropa memberikan paket sanksi ke-19 dengan memblokir rute pasokan senjata Rusia.

Di sisi lain, pada hari yang sama, pemimpin dunia berkumpul di New York dalam Sidang Majelis Umum PBB yang juga membahas penyelesaian masalah Palestina. Dalam sidang tersebut, sejumlah negara Eropa diperkirakan akan mengakui Negara Palestina.

Namun, Israel menegaskan akan membalas dengan pencaplokan wilayah Tepi Barat untuk mencegah pengakuan tersebut. Pemerintah Amerika Serikat juga tidak menentang rencana pencaplokan itu secara terbuka.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan telah memperingatkan Eropa dan negara lain tentang konsekuensi pengakuan Palestina. Dia menyebut langkah ini dapat menghambat proses damai di Gaza.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed dan Dampaknya

Selain tekanan geopolitik, pelemahan rupiah juga didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat.

Ibrahim menyebutkan bahwa pasar memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025, dengan peluang mencapai 80 persen.

“Para ekonom mengatakan bahwa kemungkinan besar (suku bunga) itu akan diturunkan. Kashkari (Pejabat The Fed Neel Kashkari) pun juga mengatakan bahwa ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga yang kita tahu sebelumnya (Kashkari) begitu kuat untuk mempertahankan suku bunga,” jelasnya.

Pergerakan suku bunga The Fed sangat berpengaruh pada nilai tukar rupiah karena perubahan ini memengaruhi arus modal dan sentimen investor global.

Secara keseluruhan, rupiah melemah karena kombinasi faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik dan dinamika kebijakan moneter global, serta sentimen pasar yang terus bergejolak.

Investor dan pelaku pasar diharapkan terus mencermati perkembangan geopolitik dan kebijakan The Fed sebagai indikator utama pergerakan rupiah ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index