JAKARTA - Kinerja keuangan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada kuartal I tahun 2025 mengalami tekanan. Emiten telekomunikasi milik negara tersebut membukukan pendapatan sebesar Rp36,7 triliun, mengalami penurunan sebesar 2,9% secara kuartalan (qoq) dan 2,1% secara tahunan (yoy). Meski demikian, para analis menilai penurunan ini bukan sinyal bahaya dan justru membuka peluang investasi dengan potensi cuan yang signifikan bagi investor.
Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian, dalam riset yang dikutip Minggu, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan Telkom terutama dipicu oleh penurunan pendapatan dari lini layanan data, yang selama ini menjadi kontributor utama bagi perusahaan.
“Pendapatan data Telkom menurun menjadi Rp21,3 triliun, atau terkoreksi 5,7% qoq dan 3,7% yoy. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah pelanggan serta rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) yang juga mengalami penurunan,” ungkap Jonathan dan Jason.
Berdasarkan data yang mereka paparkan, jumlah pelanggan Telkom pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 158,8 juta, turun 0,4% dari kuartal sebelumnya dan 0,5% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, ARPU tercatat sebesar Rp42.400, turun 3,6% qoq dan 6,4% yoy, sehingga menghasilkan yield data efektif sebesar Rp3.211, atau anjlok 9,8% qoq dan 21,4% yoy.
Kinerja Profitabilitas Masih Terkendali
Dari sisi profitabilitas, meski mengalami tekanan, EBITDA Telkom pada kuartal I 2025 masih tergolong stabil di angka Rp18,2 triliun, turun tipis 0,9% qoq dan 6,1% yoy. Margin EBITDA pun mengalami sedikit penyusutan menjadi 49,8%, dibandingkan 51,9% pada periode yang sama tahun lalu.
“Margin yang lebih rendah ini utamanya disebabkan oleh faktor musiman, yakni meningkatnya beban gaji yang mencapai 6,9% dari total pendapatan, lebih tinggi dibandingkan 6,6% pada kuartal I tahun lalu,” jelas Jonathan.
Meski margin menurun, Telkom tetap mampu membukukan laba bersih sebesar Rp5,8 triliun, hanya turun 2,7% qoq dan 4% yoy. Capaian ini masih sesuai dengan proyeksi Samuel Sekuritas dan konsensus analis yang masing-masing mematok ekspektasi laba sebesar 22,8% dan 23,8% dari total setahun.
Potensi Rebound dan Valuasi Menarik
Menariknya, meski laporan keuangan menunjukkan penurunan, saham TLKM dinilai dalam kondisi yang sangat menarik untuk dikoleksi. Dalam perdagangan Jumat, saham TLKM ditutup melemah 3,93% ke level Rp2.690 per saham. Penurunan harga ini membuka peluang capital gain hingga 30% bila dibandingkan dengan target harga Samuel Sekuritas sebesar Rp3.500.
“Dengan koreksi harga saat ini, valuasi TLKM sangat atraktif. EV/EBITDA trailing 12 bulan TLKM berada di angka 4,1 kali atau diskon 11,5% dibandingkan rata-rata pesaingnya. Kami mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp3.500 per saham,” tulis Jonathan dalam risetnya.
Selain itu, ROAE (return on average equity) TLKM untuk tahun 2025 diproyeksikan mencapai 15,6%, lebih tinggi dibandingkan rerata pesaing yang hanya sebesar 14,9%. Hal ini mencerminkan efisiensi dan kinerja modal yang lebih baik, serta potensi re-rating valuasi dalam waktu dekat.
Dividen Menarik dan Risiko Tetap Diwaspadai
Tidak hanya dari sisi capital gain, TLKM juga menawarkan imbal hasil dividen (dividend yield) yang menarik sebesar 6,4%. Bagi investor jangka panjang, imbal hasil ini memberikan nilai tambah yang kompetitif di tengah kondisi pasar yang cenderung fluktuatif.
Namun demikian, Samuel Sekuritas juga mengingatkan bahwa terdapat sejumlah risiko yang harus diperhatikan. Di antaranya adalah kemungkinan persaingan yang semakin intensif di sektor telekomunikasi, jumlah pelanggan yang lebih rendah dari estimasi, serta potensi perang harga di segmen layanan internet tetap (fixed broadband/FBB).
“Pendekatan industri yang lebih rasional di segmen seluler bakal mendukung pemulihan ke depan. Kami optimistis bahwa meredanya perang harga akan menguntungkan semua pelaku, termasuk TLKM,” jelas Jonathan.
Prospek Industri Telekomunikasi dan Strategi Telkom
Secara makro, industri telekomunikasi nasional masih memiliki prospek cerah. Dengan meningkatnya penetrasi digital di berbagai sektor dan pertumbuhan konsumsi data yang terus meningkat, operator seperti Telkom masih memiliki peluang besar untuk memperbaiki kinerja keuangan ke depannya.
Telkom sendiri diketahui terus mengembangkan infrastruktur digital dan memperkuat layanan berbasis fixed broadband serta data center, sejalan dengan strategi transformasi digital yang lebih menyeluruh. Langkah diversifikasi usaha ini diharapkan dapat memperkuat sumber pendapatan baru dan menurunkan ketergantungan pada segmen seluler.
Adapun melalui anak usahanya, Telkomsel, perusahaan juga terus berinovasi di segmen digital seperti layanan mobile banking, hiburan digital, dan platform data. Dengan pendekatan yang lebih adaptif terhadap tren teknologi dan konsumen, Telkom dinilai memiliki daya saing yang kuat.
Meskipun performa keuangan Telkom pada kuartal I 2025 menunjukkan penurunan pendapatan dan laba, kondisi tersebut dinilai bersifat sementara dan bukan disebabkan oleh masalah fundamental. Justru dengan harga saham yang sedang terkoreksi, investor memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal baik dari sisi capital gain maupun dividen.
Analis tetap memberikan rekomendasi buy terhadap saham TLKM dengan potensi kenaikan harga mencapai 30% dari posisi saat ini. Dengan kombinasi valuasi menarik, prospek pertumbuhan industri, serta potensi pemulihan kinerja, TLKM menjadi salah satu saham BUMN yang layak dipertimbangkan dalam portofolio investasi jangka menengah hingga panjang.
“Valuasi yang menarik, strategi bisnis yang berorientasi pada digitalisasi, serta imbal hasil dividen yang kompetitif menjadikan TLKM tetap relevan di tengah dinamika pasar,” pungkas Jonathan Guyadi dari Samuel Sekuritas.