JAKARTA - Pergerakan harga tandan buah segar (TBS) sawit di Provinsi Jambi kembali mengalami penurunan pada pekan kedua November 2025. Kondisi ini menjadi perhatian para petani yang menggantungkan pendapatan harian mereka pada hasil panen kelapa sawit.
Di Kabupaten Tebo, harga sawit di tingkat petani hari ini berada di kisaran Rp2.800 per kilogram. Nilai tersebut turun dari harga sebelumnya yang sempat menyentuh Rp3.050 per kilogram pada akhir Oktober 2025.
Keluhan Petani dan Hasil Panen yang Mulai Melimpah
Sadat, salah satu petani sawit di Kabupaten Tebo, mengungkapkan bahwa penurunan harga telah terjadi sejak beberapa hari terakhir. Ia berharap harga sawit bisa kembali membaik agar pendapatan petani dapat stabil seperti sebelumnya.
“Iyo turun, kini 2.800, mudahan-mudahan harga TBS semakin membaik,” ujarnya dengan nada penuh harap. Menurut Sadat, musim hujan yang sudah tiba membuat produksi buah sawit meningkat karena tanaman kembali subur setelah musim kering.
“Buah sudah mulai banyak, idak trek lagi, alhamdulillah, ini patut kita syukuri,” katanya menambahkan. Walaupun hasil panen meningkat, Sadat berharap pemerintah turun tangan untuk menjaga keseimbangan harga di pasaran.
Ia menilai harga sawit seharusnya menyesuaikan dengan biaya hidup dan kebutuhan masyarakat saat ini. “Kami cuma ingin harga stabil, biar penghasilan petani cukup untuk kebutuhan keluarga,” ujarnya.
Harga Sawit di Pabrik Juga Turun, Ini Rinciannya
Tidak hanya di tingkat petani, harga sawit di pabrik pengolahan juga mengalami koreksi. Berdasarkan laporan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, harga TBS di tingkat pabrik turun menjadi Rp3.442,75 per kilogram pada periode 7–13 November 2025.
Penurunan ini mencapai Rp124,51 per kilogram dibandingkan periode sebelumnya. Adapun harga tertinggi di Jambi untuk kelapa sawit usia produktif 10–20 tahun mencapai Rp3.606,97 per kilogram.
Sementara harga di tingkat tengkulak atau toke diketahui lebih rendah dibandingkan harga di pabrik. Perbedaan ini terjadi karena faktor biaya transportasi, kualitas buah, dan sistem rantai distribusi yang berbeda.
Rapat penetapan harga sawit tersebut dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi bersama perwakilan pabrik dan kelompok petani. Keputusan harga resmi berlaku selama satu minggu, yakni dari 7 hingga 13 November 2025.
Fluktuasi Pasar Global Pengaruhi Harga Sawit di Jambi
Bidang Pengolahan, Standarisasi, dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PSPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Jambi menyampaikan bahwa fluktuasi harga sawit dipengaruhi oleh kondisi pasar global. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang berubah-ubah turut menentukan harga di tingkat pabrik maupun petani.
“Harga sawit naik atau turun mengikuti harga pasar dunia,” ungkap perwakilan PSPHP dalam keterangan tertulis. Harga sawit di Jambi pada periode tersebut hanya berlaku untuk pabrik kelapa sawit (PKS) dan petani plasma yang sudah terdaftar secara resmi.
Bagi petani mandiri yang menjual hasil panennya ke tengkulak, harga biasanya berada di bawah harga yang ditetapkan pemerintah. Hal ini karena sistem perdagangan mereka tidak terikat dalam skema kemitraan resmi dengan perusahaan pengolahan.
Selain itu, harga juga disesuaikan dengan umur batang sawit yang berbeda-beda. Pohon sawit dengan usia produktif antara 10 hingga 20 tahun menghasilkan tandan dengan kadar minyak lebih tinggi, sehingga dihargai lebih mahal.
Harga Sawit Berdasarkan Usia Tanaman di Jambi
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi merilis daftar harga TBS sawit periode 7–13 November 2025. Harga kelapa sawit umur tiga tahun ditetapkan sebesar Rp2.679,90 per kilogram, sedangkan usia empat tahun dihargai Rp2.869,12 per kilogram.
Untuk tanaman sawit berusia lima tahun, harga berada di kisaran Rp3.000,82 per kilogram. Sementara usia enam tahun sedikit lebih tinggi yakni Rp3.125,72 per kilogram.
Tanaman berusia tujuh tahun dihargai Rp3.204,49 per kilogram, dan usia delapan tahun Rp3.273,36 per kilogram. Sedangkan untuk usia sembilan tahun, harga naik sedikit menjadi Rp3.337,35 per kilogram.
Sawit usia produktif antara 10–20 tahun memiliki harga rata-rata Rp3.442,75 per kilogram. Sementara usia 21–24 tahun dibanderol Rp3.340,92 per kilogram dan usia 25 tahun dihargai Rp3.190,84 per kilogram.
Kenaikan atau penurunan harga ini sangat bergantung pada kondisi panen dan pergerakan harga minyak sawit mentah di pasar internasional. Faktor cuaca dan permintaan ekspor turut memainkan peran penting dalam menentukan harga di tingkat lokal.
Rincian Harga CPO dan Kernel di Provinsi Jambi
Selain harga TBS, Dinas Perkebunan juga menetapkan harga Crude Palm Oil (CPO) dan kernel atau minyak inti sawit. Untuk periode 7–13 November 2025, harga CPO berada di angka Rp13.747,18 per kilogram.
Sementara harga kernel ditetapkan Rp12.026,45 per kilogram dengan indeks K sebesar 94,52 persen. Indeks ini menggambarkan perbandingan antara harga CPO dan kernel terhadap harga TBS sebagai acuan penetapan harga di lapangan.
Kebijakan penetapan harga ini diharapkan memberi kepastian bagi pelaku usaha perkebunan, terutama petani plasma. Pemerintah daerah terus berupaya agar harga sawit tetap kompetitif dan mampu menjaga kesejahteraan petani di tengah fluktuasi pasar.
Dinas Perkebunan Jambi menegaskan bahwa harga yang diumumkan setiap pekan hanya berlaku di tingkat pabrik dan petani plasma. Untuk petani mandiri, harga dapat berbeda tergantung pada kualitas buah, lokasi kebun, serta jalur distribusi yang ditempuh.
Harapan Petani terhadap Pemerintah dan Prospek Harga ke Depan
Bagi petani seperti Sadat, stabilitas harga menjadi hal yang sangat penting. Ia berharap pemerintah tidak hanya menetapkan harga, tetapi juga menjaga sistem perdagangan agar tidak merugikan petani kecil.
“Kalau harga turun terus, kami sulit untuk menutup biaya pupuk dan panen,” ujarnya dengan nada khawatir. Ia berharap harga sawit dapat kembali stabil agar petani bisa hidup lebih tenang menghadapi musim tanam berikutnya.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi memprediksi harga sawit masih berpotensi berubah mengikuti dinamika pasar global. Faktor permintaan ekspor dari India, Tiongkok, dan Eropa menjadi penentu utama pergerakan harga dalam beberapa pekan ke depan.
Pemerintah daerah mengimbau petani untuk terus memantau harga resmi yang dirilis setiap pekan. Dengan begitu, para petani dapat menyesuaikan strategi penjualan agar tidak merugi akibat fluktuasi mendadak di pasar.
Kendati harga saat ini belum stabil, para petani tetap optimis bahwa hasil panen yang melimpah di musim hujan akan membantu menambah penghasilan. “Yang penting buah banyak dulu, harga mudah-mudahan menyusul naik,” ujar Sadat penuh harap.
Menjaga Harapan di Tengah Turunnya Harga Sawit
Penurunan harga sawit di Jambi pada November 2025 mencerminkan tantangan sektor perkebunan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, dengan sinergi antara pemerintah, pabrik, dan petani, diharapkan harga sawit bisa kembali stabil dalam waktu dekat.
Petani berharap pemerintah terus memantau perkembangan harga dan mengambil langkah cepat untuk menstabilkan pasar. Sebab bagi mereka, sawit bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan sumber kehidupan utama bagi keluarga di pedesaan Jambi.