Indonesia Gelar Seller Meet Buyer di COP30 untuk Dorong Perdagangan Karbon Berkelanjutan

Selasa, 11 November 2025 | 14:23:18 WIB
Indonesia Gelar Seller Meet Buyer di COP30 untuk Dorong Perdagangan Karbon Berkelanjutan

JAKARTA - Indonesia menghadirkan inovasi baru di Pavilion Indonesia pada COP30 di Belèm, Brasil, dengan mengadakan sesi Seller Meet Buyer (SMB) untuk perdagangan karbon. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global sekaligus meningkatkan transaksi karbon berkualitas tinggi.

Sesi SMB digelar setiap hari selama satu jam hingga penutupan COP30 pada 21 November 2025. Kegiatan ini menjadi yang pertama di Pavilion Indonesia, berbeda dari konferensi perubahan iklim sebelumnya yang belum pernah menyelenggarakan sesi serupa.

Strategi Perdagangan Karbon Indonesia

Hanif Faisol Nurofiq menyebut sesi SMB merupakan langkah strategis untuk meningkatkan perdagangan karbon bermutu tinggi. Kegiatan ini mempertemukan calon penjual dan calon pembeli karbon, membuka peluang negosiasi langsung antara pelaku pasar dalam skala internasional.

Pemerintah menargetkan transaksi hingga 90 juta ton CO2 dengan nilai transaksi sekitar Rp16 triliun. Nilai ini berasal dari perdagangan karbon di berbagai sektor, yang diharapkan memberikan kontribusi nyata pada ekonomi rendah emisi di Indonesia.

Sebagian besar transaksi diprediksi akan berasal dari sektor energi. Sektor alam, termasuk kehutanan, menyusul sebagai kontributor signifikan dalam perdagangan karbon berkualitas tinggi.

Peluang dan Dampak Seller Meet Buyer

Sesi SMB di Pavilion Indonesia menghadirkan peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan eksposur dan jaringan bisnis internasional. Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi pihak-pihak terkait untuk saling bertukar informasi dan strategi pengelolaan karbon secara efektif.

Selain itu, SMB memungkinkan investor melihat potensi karbon Indonesia yang tinggi dari segi mutu dan kuantitas. Pemerintah berharap model ini dapat diadopsi dalam konferensi internasional berikutnya untuk memperluas pasar karbon global.

Penerapan perdagangan karbon ini diharapkan mampu mendorong investasi berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya berkontribusi pada aksi iklim global, tetapi juga membuka peluang ekonomi hijau yang besar.

Fokus pada Sektor Energi dan Kehutanan

Menurut Hanif, sektor energi menjadi dominan dalam transaksi karbon selama COP30. Hal ini sejalan dengan upaya global menurunkan emisi karbon dari pembangkit listrik dan industri berbasis energi fosil.

Sektor kehutanan dan alam (nature-based) juga menjadi bagian penting dalam perdagangan karbon. Konservasi hutan, restorasi lahan, dan pengelolaan ekosistem alam diharapkan menjadi sumber kredit karbon yang dapat dijual dalam pasar internasional.

Pemerintah mendorong integrasi teknologi dan praktik terbaik untuk memastikan kualitas karbon tinggi. Standar internasional ini akan menjamin bahwa transaksi karbon Indonesia memiliki kredibilitas dan daya saing di pasar global.

Dampak Jangka Panjang dan Diplomasi Hijau

Sesi SMB di COP30 juga berperan sebagai alat soft diplomacy bagi Indonesia. Pavilion Indonesia menjadi ruang interaksi internasional, memperkuat jaringan dan citra Indonesia sebagai negara yang proaktif dalam aksi iklim global.

Selain meningkatkan perdagangan karbon, kegiatan ini diharapkan memicu kolaborasi internasional dalam inovasi hijau. Dukungan global terhadap proyek karbon Indonesia akan memperkuat kapasitas nasional dalam menurunkan emisi dan mencapai target ekonomi rendah karbon.

Hanif menyebut, keberhasilan sesi SMB akan menjadi contoh bagi konferensi COP mendatang. Dengan model ini, Indonesia dapat menegaskan peran strategisnya dalam pengembangan pasar karbon berkualitas tinggi di dunia.

Target Nasional dan Global

Pemerintah menekankan pentingnya pencapaian target 90 juta ton CO2 selama COP30. Nilai transaksi sebesar Rp16 triliun akan menjadi tolok ukur keberhasilan strategi perdagangan karbon nasional.

Selain nilai ekonomi, dampak lingkungan diharapkan signifikan. Dengan menekankan mutu tinggi dan keberlanjutan, perdagangan karbon Indonesia dapat menjadi rujukan bagi negara lain dalam memadukan keuntungan ekonomi dengan aksi iklim nyata.

Pengelolaan karbon yang baik juga membuka peluang pengembangan teknologi hijau. Investor dan pelaku usaha diharapkan berpartisipasi aktif, memperkuat kapasitas pasar, dan menjadikan karbon sebagai aset strategis dalam pembangunan ekonomi rendah emisi.

Terkini