Pertamina Percepat Transisi Energi Lewat Proyek Hidrogen

Selasa, 23 September 2025 | 14:05:54 WIB
Pertamina Percepat Transisi Energi Lewat Proyek Hidrogen

JAKARTA - Langkah konkret menuju energi masa depan yang bersih dan berkelanjutan kembali diperlihatkan oleh dua anak usaha energi nasional.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bersama PT Pertamina Energi Terminal (PET) menandatangani kesepakatan studi bersama (Joint Study Agreement/JSA) dalam pengembangan Green Hydrogen atau hidrogen hijau.

Kerja sama ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, khususnya dalam memperkuat rantai pasok energi rendah karbon secara komprehensif.

Penandatanganan dilakukan dalam rangkaian acara 11th Indonesia International Geothermal Conference & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta Convention Center, yang berlangsung pada pertengahan September 2025.

Menyatukan Kekuatan: Geothermal dan Terminal Energi

Melalui JSA ini, PGEO dan PET akan mengkaji pembangunan Green Hydrogen Plant di wilayah Ulubelu, Lampung, sebagai lokasi strategis pemanfaatan potensi panas bumi yang sudah dikelola PGEO.

Tak hanya berhenti di sisi produksi, kesepakatan ini juga mencakup pemanfaatan hidrogen hijau di Terminal PET sebagai bagian dari Green Terminal Roadmap.

PGEO dan PET akan melakukan kajian pemanfaatan hidrogen dalam operasi terminal, sekaligus membahas sistem pengelolaan air (water treatment) sebagai pendukung proses produksi di pabrik hidrogen dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Langkah kolaboratif ini dinilai sebagai strategi penting dalam menjembatani pemanfaatan energi geothermal untuk menciptakan rantai nilai hidrogen hijau secara menyeluruh.

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menyatakan bahwa sinergi ini adalah manifestasi dari visi Beyond Electricity, yaitu peran panas bumi tidak sebatas pada pembangkitan listrik semata.

“Sinergi ini juga sejalan dengan komitmen PGEO untuk memperluas peran energi panas bumi tidak hanya sebagai penyedia listrik, tetapi juga sebagai fondasi lahirnya solusi energi bersih masa depan,” ujar Julfi pada Senin, 22 September 2025.

Menurutnya, pengembangan hidrogen hijau dapat menjadi penggerak utama dekarbonisasi sektor energi di Indonesia, terutama jika dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir.

Wujudkan Green Terminal, Dukung Target NZE 2060

Direktur Utama Pertamina Energy Terminal, Bayu Prostiyono, menegaskan bahwa kerja sama ini adalah langkah awal PET dalam memperkuat portofolio energi ramah lingkungan.

Ia menyebut bahwa studi bersama ini akan menjadi pijakan dalam implementasi terminal hijau yang menjadi bagian dari rencana jangka panjang perusahaan.

“Studi ini tidak hanya mendukung roadmap Green Terminal PET, melainkan juga mencerminkan komitmen Pertamina Group untuk transisi energi, dekarbonisasi, serta hilirisasi industri,” jelas Bayu.

Sebagai pengelola lima terminal energi di Indonesia, PET berperan penting dalam menjamin distribusi energi yang aman, bersih, dan efisien.

Dengan memanfaatkan hidrogen hijau dalam operasional terminal, PET menargetkan efisiensi penggunaan energi sekaligus mendorong pengurangan emisi karbon dari kegiatan logistik dan penyimpanan energi.

Bayu optimistis bahwa langkah ini juga akan membantu perusahaan dalam mempercepat pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

“Kami percaya, sinergi ini akan mendorong efisiensi energi sekaligus mempercepat pencapaian target Net Zero Emission 2060,” tambahnya.

Green Hydrogen: Aset Strategis Energi Masa Depan

PGEO dan PET memiliki posisi strategis dalam peta jalan transisi energi Indonesia.

PGEO sebagai pengelola energi panas bumi membuka peluang produksi energi yang stabil dan rendah emisi, sementara PET sebagai operator logistik energi mendukung distribusi yang ramah lingkungan.

Green hydrogen kini menjadi primadona dalam pergeseran menuju energi bersih karena fleksibel, efisien, dan tidak menghasilkan emisi karbon ketika digunakan.

Melalui penggabungan kekuatan antara geothermal dan terminal energi, proyek ini diarahkan tidak hanya pada pengujian teknis, tetapi juga pada penciptaan model bisnis yang layak untuk komersialisasi.

Pemanfaatan energi geothermal dalam produksi hidrogen dinilai sebagai pendekatan cerdas karena memanfaatkan sumber energi yang bersih dan tersedia sepanjang waktu.

Selain itu, potensi pasar domestik maupun ekspor untuk green hydrogen diprediksi akan terus tumbuh seiring tuntutan global terhadap dekarbonisasi sektor industri dan transportasi.

Penguatan Kolaborasi Menuju Industri Rendah Karbon

Langkah PGEO dan PET ini mempertegas bahwa transisi energi bukan hanya soal mengganti sumber energi, tetapi membangun ekosistem yang kuat, berkelanjutan, dan saling mendukung.

Kolaborasi yang dibangun juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama antarunit dalam satu grup perusahaan untuk mempercepat transformasi bisnis ke arah yang lebih hijau.

Dengan infrastruktur, pengalaman teknis, dan sumber daya yang dimiliki, kedua entitas dinilai mampu mewujudkan sistem energi rendah karbon yang terintegrasi, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun peluang ekspor.

Upaya ini diharapkan tidak hanya memberi kontribusi terhadap penurunan emisi, tapi juga memperkuat posisi Pertamina Group sebagai pelopor transisi energi di kawasan Asia Tenggara.

Dalam jangka panjang, proyek seperti ini akan menjadi contoh konkret bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat mendorong perubahan besar dalam sistem energi nasional.

PGEO dan PET kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin dalam transformasi energi hijau yang tak hanya menargetkan profit, tetapi juga keberlanjutan.

Terkini

OPPO Find X9 Series Hadir dengan Performa Tinggi

Selasa, 23 September 2025 | 15:47:55 WIB

Spesifikasi, Fitur, dan Performa iQOO Pad 5e

Selasa, 23 September 2025 | 15:47:33 WIB

Perbandingan Lengkap HP POCO C75 dan POCO C85

Selasa, 23 September 2025 | 15:47:29 WIB