OJK

OJK Sultra: Sektor Perbankan Menguat di Awal 2025, DPK dan Kredit Tumbuh Signifikan

OJK Sultra: Sektor Perbankan Menguat di Awal 2025, DPK dan Kredit Tumbuh Signifikan
OJK Sultra: Sektor Perbankan Menguat di Awal 2025, DPK dan Kredit Tumbuh Signifikan

JAKARTA - Sektor perbankan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pertumbuhan positif pada Januari 2025. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sultra menunjukkan bahwa beberapa indikator utama, seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit, mengalami peningkatan year-on-year (YoY) yang cukup signifikan.

Kepala OJK Sultra, Bismi Maulana Nugraha, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini mencerminkan stabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan di wilayah tersebut.

“Pertumbuhan sektor perbankan di awal tahun ini memberikan optimisme bagi perekonomian daerah. Kenaikan DPK yang cukup signifikan mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, sementara risiko kredit yang terjaga menunjukkan manajemen risiko yang baik di sektor ini,” ujarnya.

Dalam laporan yang dirilis, OJK Sultra mencatat aset perbankan tumbuh 6,62%, DPK meningkat 5,12%, dan kredit mengalami lonjakan sebesar 11,80% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dorong Stabilitas Perbankan

Kenaikan DPK menjadi salah satu faktor utama yang menopang pertumbuhan positif sektor perbankan di Sulawesi Tenggara. Menurut Bismi, lonjakan ini tidak terlepas dari peningkatan simpanan masyarakat dalam berbagai instrumen perbankan, seperti tabungan, deposito, dan giro.

"Kenaikan ini juga dipengaruhi oleh penerimaan pendapatan tahunan di awal tahun yang secara signifikan meningkatkan jumlah dana yang disimpan masyarakat di perbankan," jelasnya.

Selain itu, peran aktif bank dalam menawarkan produk simpanan dengan suku bunga kompetitif turut menjadi faktor utama dalam peningkatan DPK. Dengan adanya berbagai skema tabungan yang menarik, masyarakat semakin terdorong untuk menyimpan dananya di bank.

Data menunjukkan bahwa bank konvensional masih mendominasi sektor perbankan di Sultra. Dari total DPK, bank konvensional mencatatkan pangsa sebesar 93,37% dengan total simpanan mencapai Rp29 triliun.

Risiko Kredit Tetap Terjaga, NPL Masih di Bawah Ambang Batas

Di sisi lain, tingkat risiko kredit perbankan di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan kondisi yang terjaga dengan baik. Rasio Non-Performing Loan (NPL) pada Januari 2025 tercatat berada di level 1,76%, jauh di bawah batas maksimum 5% yang ditetapkan regulator.

Jika dirinci, NPL Bank Umum berada di angka 1,71%, sementara NPL Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sedikit lebih tinggi, yakni 6,58%. Meskipun NPL BPR masih cukup tinggi, secara keseluruhan kesehatan perbankan di Sultra tetap stabil.

Manajemen risiko yang diterapkan oleh perbankan dinilai cukup baik, sehingga risiko gagal bayar kredit bisa ditekan. Stabilitas ini juga menjadi indikator positif bagi iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi daerah.

"Rendahnya rasio NPL ini menunjukkan bahwa bank-bank di Sulawesi Tenggara telah mengelola risiko kredit dengan cukup baik. Dengan kualitas kredit yang terjaga, bank dapat terus menyalurkan pinjaman tanpa meningkatkan risiko yang berlebihan," kata Bismi.

Intermediasi Perbankan Tetap Kuat, LDR Capai 127,17%

Indikator fungsi intermediasi perbankan, yang diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR), tercatat mencapai 127,17%. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat penyaluran kredit oleh perbankan cukup tinggi dibandingkan dengan dana yang dihimpun dari masyarakat.

Meskipun rasio LDR berada di atas 100%, kondisi ini masih dianggap wajar selama bank memiliki manajemen likuiditas yang baik. Tingginya angka ini juga mengindikasikan bahwa bank di Sultra lebih agresif dalam menyalurkan kredit, yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut OJK Sultra, sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam penyaluran kredit adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perdagangan, serta sektor konsumsi.

Bank Konvensional Masih Mendominasi Industri Perbankan

Dari sisi struktur industri perbankan, bank konvensional masih menjadi pemimpin utama di Sulawesi Tenggara. Dari total aset perbankan di wilayah ini, bank konvensional menguasai 91,67%, dengan total nilai aset mencapai Rp43 triliun.

Dominasi ini juga terlihat dalam penyaluran kredit, di mana bank konvensional mencatatkan pangsa sebesar 91,77%, atau setara dengan Rp36 triliun. Sementara itu, bank syariah masih memiliki pangsa yang lebih kecil, meskipun terus menunjukkan pertumbuhan positif dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Bismi, dominasi bank konvensional ini disebabkan oleh kemudahan akses, jaringan yang lebih luas, serta inovasi produk perbankan yang lebih variatif.

Optimisme terhadap Prospek Perbankan di 2025

Dengan kondisi ekonomi yang terus membaik, OJK Sultra optimistis bahwa sektor perbankan di daerah ini akan terus tumbuh sepanjang 2025. Faktor utama yang mendukung optimisme ini antara lain:

Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, yang terlihat dari pertumbuhan DPK.

Kondisi kredit yang sehat, dengan rasio NPL yang tetap rendah.

Intermediasi perbankan yang kuat, tercermin dari tingginya rasio LDR.

Dukungan sektor UMKM dan industri perdagangan, yang terus berkembang.

Selain itu, OJK juga terus melakukan pengawasan ketat untuk memastikan stabilitas sektor keuangan, termasuk mendorong perbankan agar lebih aktif dalam menyediakan akses pembiayaan bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

“Kami akan terus mendorong perbankan untuk memperluas akses pembiayaan, terutama untuk sektor-sektor produktif yang dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” tutup Bismi.

Dengan berbagai indikator positif yang ada, perbankan di Sulawesi Tenggara diyakini akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian regional maupun nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index