JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sistem transportasi berbasis rel melalui langkah strategis berupa investasi besar-besaran dalam pengadaan sarana perkeretaapian. Hingga April 2025, perusahaan pelat merah ini telah menerima 27 trainset atau sebanyak 292 kereta baru produksi PT Industri Kereta Api (INKA) sebagai bagian dari program pengadaan 612 unit kereta stainless steel (SS) generasi baru untuk periode 2023–2026. Investasi ini tercatat sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah KAI dan menjadi bagian penting dari strategi perusahaan untuk menjawab lonjakan kebutuhan layanan transportasi nasional, baik untuk penumpang maupun barang.
Tak hanya fokus pada pengadaan kereta, KAI juga memperkuat lini logistik dengan mendatangkan 54 lokomotif baru tipe CC 205 dari Amerika Serikat, dengan total nilai investasi sebesar US$ 222,5 juta atau sekitar Rp 3,56 triliun. Lokomotif tersebut direncanakan untuk memperkuat jaringan angkutan barang, khususnya batu bara, di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung. Batu bara yang diangkut oleh KAI selama ini menjadi sumber bahan bakar penting bagi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menopang pasokan energi untuk rumah tangga, industri kecil, hingga perkantoran di kawasan Jawa dan Bali.
Anne Purba, Vice President Public Relations KAI, menegaskan bahwa kerja sama dengan PT INKA merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta kemandirian industri manufaktur nasional, khususnya di sektor perkeretaapian. "Kerja sama dengan PT INKA ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kemandirian industri manufaktur perkeretaapian nasional. Ini adalah langkah strategis jangka panjang untuk menjawab kebutuhan layanan transportasi kereta api yang terus berkembang," ujar Anne.
Lebih lanjut, Anne menyampaikan bahwa investasi ini merupakan bentuk kesiapan KAI dalam menghadapi pertumbuhan kebutuhan angkutan penumpang dan barang yang kian meningkat. Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2025–2029, KAI memproyeksikan pertumbuhan penumpang jarak jauh akan mencapai 10,6% dan penumpang KA lokal sebesar 9,9% selama lima tahun mendatang. Di sisi lain, potensi peningkatan angkutan barang juga cukup besar, di antaranya dari proyek-proyek logistik strategis seperti Sumbagsel sebesar 27,8 juta ton, Tarahan II sebesar 18 juta ton, dan ekspansi Kertapati yang menargetkan tambahan volume hingga 7 juta ton.
"Investasi ini merupakan yang terbesar untuk pengadaan sarana perkeretaapian dan menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan. Dengan meningkatnya jumlah penumpang serta kebutuhan angkutan barang, modernisasi dan penambahan sarana menjadi kunci utama dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat," ujar Anne.
Tak hanya terbatas pada pembelian armada baru, KAI juga aktif melakukan modifikasi serta peningkatan sistem di kereta-kereta yang telah ada melalui unit perawatan Balai Yasa. Inisiatif ini bertujuan memastikan kenyamanan dan keamanan penumpang tetap terjaga sekaligus mengoptimalkan aset lama agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan pendekatan yang menyeluruh baik dari sisi pengadaan baru maupun peremajaan aset lama—KAI menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan kualitas layanannya kepada masyarakat.
Investasi pada 612 kereta baru ini mencerminkan transformasi besar yang dilakukan oleh KAI dalam mendukung program pemerintah dalam bidang transportasi massal berbasis rel. Modernisasi ini menjadi langkah konkret dalam menciptakan moda transportasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan. Menurut Anne, keberadaan sarana baru ini tidak hanya menjawab kebutuhan saat ini, tetapi juga menjadi fondasi penting untuk menopang ketahanan energi nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
"Sebagian besar batu bara yang diangkut KAI digunakan untuk bahan bakar PLTU yang menerangi rumah, kantor, hingga industri menengah maupun kecil di Jawa dan Bali. Inilah esensi investasi kami yaitu menghadirkan manfaat besar bagi masyarakat luas," jelas Anne.
Melalui program investasi ini, KAI tidak hanya menambah kapasitas armada, tetapi juga meningkatkan kualitas layanan dan menciptakan dampak luas bagi berbagai sektor, mulai dari energi, logistik, hingga industri manufaktur. Langkah ini sejalan dengan visi jangka panjang KAI sebagaimana tertuang dalam RJPP 2025–2029, yang menempatkan efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi sebagai pilar utama pengembangan perusahaan.
“Melalui investasi strategis ini, KAI berharap dapat memenuhi kebutuhan transportasi nasional secara lebih efisien dan berkelanjutan, sejalan dengan visi perusahaan dalam RJPP 2025–2029,” tuturnya.
Program investasi ini juga mendukung peran KAI sebagai perusahaan transportasi publik yang mampu menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat dan distribusi barang dalam skala besar. Kehadiran kereta dan lokomotif baru, serta optimalisasi armada lama, diharapkan tidak hanya meningkatkan volume angkutan tetapi juga menghadirkan pengalaman perjalanan yang lebih aman, nyaman, dan tepat waktu bagi pengguna jasa kereta api.
Dengan skala investasi yang masif, KAI tidak hanya membuktikan kapasitasnya dalam mengelola infrastruktur nasional, tetapi juga menunjukkan tekad kuat untuk menjadi bagian penting dari transformasi sistem transportasi nasional yang modern dan inklusif. Proyek pengadaan 612 kereta dan 54 lokomotif ini tidak hanya mencerminkan langkah bisnis, tetapi juga komitmen untuk mewujudkan sistem transportasi yang mampu memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.