Batu Bara

Harga Batu Bara Melemah Meski Permintaan Asia Meningkat

Harga Batu Bara Melemah Meski Permintaan Asia Meningkat
Harga Batu Bara Melemah Meski Permintaan Asia Meningkat

JAKARTA - Harga batu bara mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut meski berbagai kabar positif terus berdatangan. Data dari Refinitiv menunjukkan harga batu bara kontrak untuk Oktober 2025 ditutup di posisi US$ 105,4 per ton, turun sekitar 0,8 persen dari posisi sebelumnya.

Penurunan ini memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung selama tiga hari, dengan total pelemahan sebesar 2,32 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada faktor yang mendukung, pasar batu bara masih menghadapi tekanan.

Salah satu faktor yang kerap menjadi perhatian adalah permintaan batu bara di kawasan Asia. Pada Agustus 2025, impor batu bara termal di Asia justru mengalami peningkatan setelah sembilan bulan berturut-turut menurun.

Kenaikan Impor Batu Bara Asia dan Pengaruh Kebijakan China

Menurut data dari penyedia analitik komoditas Kpler, impor batu bara termal ke Asia melonjak mencapai 85,34 juta ton pada Agustus, naik 6,4 juta ton dibanding bulan Juli. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Desember 2024.

Peningkatan impor ini sebagian besar dipicu oleh kebijakan pembatasan produksi batu bara di China. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi kelebihan pasokan domestik yang menyebabkan output batu bara turun sekitar 3 persen pada Agustus.

Selain itu, pemulihan aktivitas industri di Asia Timur turut menjadi faktor pendorong permintaan batu bara. Negara-negara seperti China, Korea Selatan, dan Jepang menjadi pembeli utama batu bara termal di kawasan tersebut.

Kebutuhan batu bara diperkirakan akan tetap tinggi selama musim dingin, mengingat batu bara digunakan sebagai sumber pemanas utama. Namun, jika musim dingin berlangsung lebih hangat dari biasanya, permintaan batu bara dapat menurun.

Ketidakpastian Pasar dan Kebijakan Dalam Negeri Indonesia

Meski ada kenaikan permintaan, harga batu bara internasional tetap melemah. Ini dikarenakan ketidakpastian dalam aktivitas manufaktur dan kondisi cuaca yang memengaruhi konsumsi batu bara secara keseluruhan.

Jika aktivitas manufaktur melemah lebih jauh dan suhu musim dingin tetap hangat, konsumsi serta impor batu bara bisa turun. Hal ini berpotensi menekan volume ekspor global batu bara sepanjang tahun 2025.

Sebaliknya, apabila pembatasan produksi batu bara di China masih berlanjut selama musim dingin, utilitas energi kemungkinan besar akan meningkatkan impor guna menutup kebutuhan stok. Kondisi ini bisa menjaga momentum kenaikan permintaan global.

Persaingan impor antara China, Jepang, Korea Selatan, dan negara lain dapat semakin mendorong permintaan batu bara di pasar internasional.

Di dalam negeri, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengambil langkah tegas. Pada 18 September 2025, Kementerian memutuskan menangguhkan sementara operasional 190 perusahaan tambang batu bara dan mineral.

Keputusan tersebut diatur dalam surat resmi Ditjen Mineral dan Batu Bara dengan nomor T-1533/MB.07/DJB.T/2025. Langkah ini diambil sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian terhadap aktivitas tambang di Indonesia.

Tantangan dan Prospek Harga Batu Bara ke Depan

Penurunan harga batu bara dalam beberapa hari terakhir menjadi sinyal bahwa pasar masih bergejolak dan penuh tantangan. Berbagai faktor eksternal seperti kebijakan negara penghasil, kondisi industri, serta cuaca, memengaruhi harga komoditas ini secara signifikan.

Di sisi lain, kenaikan impor batu bara termal di Asia memberikan harapan bahwa permintaan akan tetap kuat dalam jangka menengah. Musim dingin yang mendekat menjadi peluang bagi negara-negara di kawasan untuk menambah pasokan batu bara sebagai sumber energi utama.

Namun, ketergantungan pada faktor eksternal juga membuat harga batu bara rentan terhadap perubahan kondisi global. Industri tambang dan pemerintah harus bisa menyesuaikan strategi agar tetap menjaga kestabilan produksi dan ekspor.

Dengan pemantauan yang ketat dan kebijakan yang tepat, diharapkan Indonesia bisa mempertahankan posisi sebagai salah satu pemain utama di pasar batu bara global sekaligus menjaga keberlanjutan sektor energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index