Logistik

Transformasi Logistik: AI Tak Lagi Pilihan Tapi Kebutuhan

Transformasi Logistik: AI Tak Lagi Pilihan Tapi Kebutuhan
Transformasi Logistik: AI Tak Lagi Pilihan Tapi Kebutuhan

JAKARTA - Dalam dunia logistik dan rantai pasok, adopsi kecerdasan buatan (AI) kini bukan sekadar tren, melainkan keharusan mutlak.
Tak hanya untuk perusahaan besar, operasional bisnis skala nasional pun harus segera menyesuaikan diri dengan arus teknologi ini.

Menurut FIATA (International Federation of Freight Forwarders Associations), pemerintah dan pelaku usaha harus berkolaborasi agar penerapan AI di sektor logistik dapat berjalan optimal.
Kolaborasi tersebut menjadi kunci agar transformasi digital tidak timpang dan manfaatnya terasa secara merata.

Data dari lembaga riset global Gitnux menunjukkan bahwa pada tahun 2025, 60% perusahaan logistik yang sudah memanfaatkan AI berhasil meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Angka ini menjadi sinyal kuat bahwa AI telah terbukti memberikan nilai tambah nyata dalam proses bisnis logistik.

AI sebagai Mesin Penggerak Keputusan Bisnis

Yukki Nugrahawan Hanafi, Chairperson FIATA Region Asia‑Pacific dan Ketua Dewan Pembina ALFI, menegaskan kalau AI telah mengubah wajah operasional logistik.
“Para pelaku usaha sektor logistik kelas global sudah mengintegrasikan penggunaan AI dalam operasi usaha mereka … proses bisnis lebih cepat dan efisien,” ujarnya di Jakarta, Senin, 22 September 2025.

Menurut Yukki, kemampuan AI bukan hanya soal otomatisasi, tetapi juga analisis mendalam atas data global rantai pasok.
“AI membantu menganalisa situasi rantai pasok global, mengumpulkan data yang akurat terhadap landskap jalur perdagangan yang terdisrupsi … lebih efisien,” tambah dia.

Di tengah ketidakpastian perdagangan internasional, gangguan supply chain, dan gejolak ekonomi, kemampuan AI seperti itu menjadi senjata strategis.
Tak sekadar merespon perubahan, AI membantu pelaku usaha meramalkan tren dan mengantisipasi risiko lebih awal.

Kebijakan Publik dan Rekomendasi Perpres AI Logistik

Ekonom INDEF, Ariyo DP Irhamna, menyatakan bahwa pemerintah tengah menyiapkan Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) untuk Penguatan Sektor Logistik.
Namun menurut Ariyo, regulasi tersebut tidak akan cukup jika hanya fokus pada pembangunan infrastruktur fisik.

Ia mengusulkan agar Perpres tersebut juga secara eksplisit mencantumkan implementasi AI sebagai salah satu pijakan utama.
“Jika faktor AI diikutsertakan … para pelaku industri juga mulai memberi perhatian untuk mulai … mengadopsi AI … “, tegasnya.

Dengan regulasi yang mendukung dan insentif yang tepat, harapannya sektor logistik nasional akan lebih berani berinvestasi pada teknologi AI.
Langkah ini diyakini akan memperkuat daya saing Indonesia dalam arena global logistik.

Menuju Logistik Indonesia Cerdas dan Berdaya Saing

Pergeseran paradigma operasional logistik ke arah digital dan cerdas bukan lagi sekadar jargon.
Implementasi AI membuka peluang efisiensi yang lebih tinggi, pengambilan keputusan yang lebih presisi, dan adaptasi lebih cepat terhadap tantangan eksternal.

Namun transformasi ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Kolaborasi antara pemerintah (regulasi dan insentif) serta pelaku usaha (investasi dan kesiapan kapasitas) sangat dibutuhkan agar perubahan terasa nyata.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index