Cara Mengatasi Telinga Berdenging Agar Tidak Mengganggu Konsentrasi dan Tidur

Senin, 10 November 2025 | 14:12:44 WIB
Cara Mengatasi Telinga Berdenging Agar Tidak Mengganggu Konsentrasi dan Tidur

JAKARTA - Telinga berdenging atau tinnitus bisa dialami siapa saja, bukan sekadar gangguan kecil. Kondisi ini sebenarnya merupakan gejala dari masalah kesehatan tertentu dan bukan penyakit itu sendiri.

Orang yang mengalami telinga berdenging parah mungkin kesulitan berkonsentrasi atau tidur. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu frustrasi hingga depresi jika tidak ditangani dengan tepat.

Seberapa Umum Tinnitus Terjadi

Sekitar 15% populasi dunia pernah mengalami tinnitus. Kondisi ini dapat muncul pada semua usia, tetapi paling sering dialami oleh orang berusia 40 hingga 80 tahun.

Meski banyak orang pernah mengalami telinga berdenging sesekali, frekuensi dan intensitas yang tinggi perlu mendapat perhatian medis. Tidak menanganinya dapat berdampak pada kualitas hidup sehari-hari.

Penyebab Telinga Berdenging yang Perlu Diketahui

-Gangguan pendengaran terkait usia
Seiring bertambahnya usia, saraf pendengaran tetap beraktivitas meski otak menerima rangsangan suara lebih sedikit. Hal ini memicu persepsi suara yang sebenarnya tidak ada.

Sekitar satu dari tiga orang dewasa di atas 65 tahun mengalami telinga berdenging akibat faktor ini. Penyebab ini termasuk yang paling umum di kalangan lansia.

-Gangguan pendengaran akibat bising
Paparan suara keras secara terus-menerus dapat merusak sel-sel pendengaran. Ledakan, tembakan jarak dekat, atau musik keras juga bisa menjadi pemicu tinnitus mendadak.

Kerusakan saraf akibat bising tidak hanya menimbulkan gangguan pendengaran tetapi juga suara berdenging yang persisten. Pencegahan dengan pelindung telinga sangat disarankan bagi mereka yang sering terpapar suara keras.

-Cedera dan trauma telinga
Cedera pada telinga atau kepala dapat memengaruhi saraf atau area otak yang berperan dalam pendengaran. Orang yang mengalami trauma biasanya merasakan telinga berdenging hanya di satu sisi.

Trauma ringan maupun berat dapat memicu tinnitus sementara atau jangka panjang. Konsultasi dokter sangat dianjurkan jika gejala muncul setelah cedera.

-Penyumbatan kotoran atau infeksi
Kotoran telinga yang menumpuk atau infeksi dapat mengganggu fungsi pendengaran sementara. Akibatnya, timbul suara berdenging di telinga.

Membersihkan telinga dengan aman dan menangani infeksi secara cepat dapat mencegah tinnitus berkembang lebih serius. Ini termasuk langkah awal yang sering direkomendasikan dokter.

-Efek samping obat-obatan tertentu
Beberapa obat seperti antibiotik, antidepresan, obat kanker, dan NSAID dapat memicu tinnitus. Efek samping ini biasanya akan hilang setelah penghentian obat, tetapi konsultasi dokter tetap penting.

Penting untuk memeriksa kandungan obat sebelum menggunakannya jangka panjang. Dokter dapat memberikan alternatif yang lebih aman jika perlu.

Perawatan dan Pengobatan Tinnitus

Penanganan tinnitus bergantung pada penyebabnya. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan meneliti kondisi telinga untuk mengetahui masalah yang jelas.

Riwayat kesehatan dan paparan suara keras baru-baru ini juga akan ditanyakan. Dalam beberapa kasus, pasien dirujuk ke spesialis THT untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Jika dibiarkan, tinnitus dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik. Kecemasan, depresi, iritabilitas, kesulitan berkonsentrasi, masalah komunikasi, hingga penurunan kognitif bisa muncul akibat tinnitus kronis.

Pengobatan bisa berupa terapi suara, penggunaan alat bantu dengar, atau obat-obatan untuk gejala tertentu. Terapi perilaku kognitif juga sering direkomendasikan untuk mengurangi stres dan kecemasan akibat tinnitus.

Langkah-langkah pencegahan seperti mengurangi paparan suara keras dan menjaga kesehatan telinga secara rutin sangat dianjurkan. Memakai penutup telinga saat terpapar bising dan rutin memeriksakan telinga dapat membantu mencegah tinnitus lebih parah.

Dengan memahami penyebab dan pilihan pengobatan, penderita tinnitus dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Pendekatan kombinasi antara pengobatan medis, kebiasaan sehat, dan perlindungan telinga memberikan hasil terbaik.

Terkini