PGN Ubah Limbah Sawit Sumatra Selatan Jadi Energi Bersih Ramah Lingkungan

Senin, 10 November 2025 | 11:04:51 WIB
PGN Ubah Limbah Sawit Sumatra Selatan Jadi Energi Bersih Ramah Lingkungan

JAKARTA - Transformasi energi bersih di Indonesia kembali mendapat angin segar dari langkah inovatif PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Melalui proyek biomethane di Sumatra Selatan, perusahaan ini mengubah limbah sawit menjadi sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan secara luas.

Proyek yang berlokasi di Pagardewa ini menjadi bukti nyata komitmen PGN dalam mendukung program transisi energi nasional menuju masa depan rendah emisi. Kehadiran fasilitas ini tidak hanya menambah kapasitas energi bersih nasional, tetapi juga memberikan solusi modern terhadap pengelolaan limbah industri sawit.

Direktur Utama PGN, Arief Kurnia Risdianto, menjelaskan bahwa perusahaan tengah membangun fasilitas injection point sebagai bagian dari pengembangan proyek biomethane tersebut. “PGN melakukan pembangunan injection point yang merupakan bagian dari proyek biomethane,” ujarnya.

Fasilitas ini akan berfungsi sebagai titik injeksi gas biomethane ke jaringan gas bumi eksisting milik PGN. Dengan sistem ini, energi dari limbah sawit dapat digunakan oleh rumah tangga, industri, ritel, hingga transportasi darat secara luas.

Limbah Sawit Disulap Jadi Energi Bersih Bernilai Ekonomi Tinggi

Proyek biomethane di Pagardewa berawal dari gagasan pemanfaatan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME). Limbah tersebut diolah menjadi biogas, lalu diproses kembali hingga menghasilkan biomethane yang dikompresi menjadi renewable natural gas (RNG).

Energi hasil olahan ini memiliki karakteristik yang serupa dengan gas bumi konvensional. Hal tersebut memungkinkan biomethane untuk langsung diintegrasikan ke jaringan distribusi gas tanpa perlu infrastruktur baru yang kompleks.

Rencana awal, PGN akan menyediakan biomethane dengan volume pasokan sekitar 1,2 BBTUD. Angka ini cukup signifikan untuk mendukung kebutuhan energi masyarakat sekaligus memperkuat ketahanan pasokan gas domestik.

Selain ramah lingkungan, proyek biomethane juga membuka peluang ekonomi baru bagi PGN. Arief menyebut, pembangunan injection point di Pagardewa dilengkapi dengan sistem Pressure Reducing System (PRS) yang fleksibel untuk digunakan dengan berbagai sumber gas seperti coalbed methane (CBM) dan stranded gas.

“Proyek biomethane membuka peluang bagi PGN mendapatkan pendapatan baru sekaligus memperkuat peran dalam transisi energi serta mendukung pencapaian target ESG perusahaan,” ungkapnya.

PGN memandang bahwa masa depan energi Indonesia bergantung pada keberhasilan integrasi antara inovasi teknologi dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Dengan pendekatan tersebut, limbah sawit yang semula menjadi masalah lingkungan kini menjadi potensi besar yang bernilai ekonomi tinggi.

Selain efisiensi energi, proyek ini juga menekan risiko pencemaran air dan udara akibat limbah industri. Melalui proses pengolahan biogas, gas metana yang sebelumnya dilepas ke atmosfer kini dimanfaatkan sebagai energi bersih yang mendukung agenda dekarbonisasi nasional.

Sumatra Selatan Jadi Pusat Inovasi Energi Terbarukan PGN

Arief menjelaskan bahwa pemilihan Sumatra Selatan sebagai lokasi proyek biomethane bukan tanpa alasan. Daerah tersebut merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 1,4 juta hektare.

Potensi bahan baku limbah sawit yang melimpah menjadikan Sumsel sangat ideal untuk pengembangan energi berbasis biomethane. Selain itu, PGN telah memiliki infrastruktur gas bumi eksisting seperti Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa yang siap digunakan.

“Di Sumatra terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan PGN telah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di wilayah itu. Ke depan perusahaan mengupayakan pengembangan biomethane,” kata Arief.

Ia menambahkan, proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang PGN dalam memperluas portofolio energi bersih. Selain mendukung kebijakan pemerintah, langkah tersebut juga menjadi strategi perusahaan untuk menghadapi tantangan global terkait penurunan emisi karbon.

Melalui program biomethane, PGN menargetkan reduksi emisi gas rumah kaca (GRK) mencapai 29.688 ton CO₂e per tahun dari konversi bahan bakar, serta 204.867 ton CO₂e per tahun dari penangkapan gas metana pada limbah POME.

Angka tersebut mencerminkan dampak signifikan proyek ini terhadap upaya mitigasi perubahan iklim. Selain menekan polusi, biomethane juga mendukung pencapaian Net Zero Emission 2060 yang menjadi komitmen bersama pemerintah dan BUMN sektor energi.

Lebih dari itu, proyek biomethane PGN juga diharapkan menjadi model percontohan bagi daerah lain di Indonesia. Jika berhasil, konsep serupa bisa diterapkan di wilayah penghasil sawit lainnya seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Jambi.

Langkah ini tidak hanya memperluas jaringan energi bersih, tetapi juga menghidupkan kembali ekonomi daerah melalui pemberdayaan masyarakat sekitar industri sawit.

Dukung Transisi Energi dan Ketahanan Gas Nasional

PGN terus menunjukkan keseriusannya dalam mendukung agenda transisi energi nasional. Melalui inovasi biomethane, perusahaan berupaya menghadirkan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis dan berkelanjutan.

Arief menegaskan bahwa proyek biomethane di Sumatra Selatan merupakan wujud nyata kontribusi PGN dalam memperkuat kemandirian energi nasional. “Biomethane diharapkan memperkuat upaya pemerintah dalam hal dekarbonisasi, meningkatkan ketahanan pasokan gas domestik, dan mendukung target bauran energi berkelanjutan untuk Indonesia,” jelasnya.

Fasilitas biomethane di Pagardewa juga menjadi simbol kolaborasi antara inovasi teknologi dan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan memanfaatkan potensi lokal, PGN mendorong ekonomi hijau yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.

Inovasi ini menegaskan bahwa transisi energi bukan sekadar wacana global, tetapi langkah konkret yang tengah diwujudkan di lapangan. Setiap ton limbah sawit yang diubah menjadi gas bernilai ekonomi tinggi adalah bagian dari perjalanan Indonesia menuju kemandirian energi bersih.

PGN berharap, keberhasilan proyek ini akan memperkuat kepercayaan investor terhadap sektor energi terbarukan di Tanah Air. Selain membuka lapangan kerja baru, proyek biomethane juga akan memperluas infrastruktur gas nasional dengan teknologi rendah emisi.

Dengan berbagai inisiatif yang dijalankan, PGN optimistis dapat berperan sebagai pelopor transisi energi di kawasan Asia Tenggara. Transformasi dari limbah menjadi energi bersih ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menghadirkan solusi inovatif bagi masa depan energi global.

Harapan untuk Masa Depan Energi Hijau Indonesia

Proyek biomethane di Sumatra Selatan menandai langkah penting dalam perjalanan Indonesia menuju era energi hijau. Upaya PGN dalam mengubah limbah sawit menjadi sumber energi bersih membuka babak baru bagi industri energi nasional.

Selain memperkuat ketahanan pasokan gas domestik, proyek ini juga memberi contoh nyata tentang bagaimana limbah dapat diubah menjadi sumber daya berharga. Dengan dukungan teknologi dan kebijakan pemerintah, biomethane berpotensi menjadi salah satu pilar utama energi masa depan Indonesia.

Melalui pendekatan inovatif, PGN tidak hanya memanfaatkan kekayaan alam Indonesia, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang. Transformasi limbah sawit menjadi biomethane menjadi bukti bahwa energi hijau bukan hanya cita-cita, melainkan kenyataan yang sedang diwujudkan hari ini.

Terkini