JAKARTA - Pasar modal Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar yang dipicu oleh ketegangan perdagangan internasional, khususnya akibat kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS). Dalam situasi yang semakin memanas ini, langkah-langkah strategis pemerintah Indonesia untuk menyehatkan pasar modal sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan stabilitas sektor keuangan nasional.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, dalam sebuah webinar yang bertajuk “Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia,”. Dalam kesempatan tersebut, Wijayanto menekankan bahwa pemerintah Indonesia perlu lebih aktif dalam mengambil peran untuk menjaga daya tarik pasar modal domestik, yang saat ini tengah menghadapi tantangan besar akibat dampak dari perang dagang global, terutama antara AS dan China.
"Di tengah ketegangan yang terjadi dalam perdagangan internasional, Indonesia harus memiliki strategi yang tepat untuk menjaga daya tarik pasar modal domestiknya. Pasar modal adalah salah satu pilar penting bagi perekonomian kita, yang harus dijaga agar tetap stabil dan tumbuh," ujar Wijayanto Samirin.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, dukungan pemerintah terhadap pasar modal Indonesia tidak sekuat seperti pada periode 1995 hingga 2005, yang merupakan masa keemasan bagi pasar modal domestik. Pada masa itu, pasar modal Indonesia mencatatkan kinerja yang sangat baik, dengan minat investor lokal dan asing yang tinggi. Kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia pun berada pada level yang sangat positif, berkat kebijakan pemerintah yang berpihak pada sektor ini, serta adanya transparansi dan reformasi yang mendalam dalam dunia pasar modal.
"Pasar modal Indonesia pada periode 1995 hingga 2005 sangat berkembang pesat, karena ada komitmen kuat dari pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada sektor ini. Saat itu, pemerintah mendorong reformasi yang membuka peluang besar bagi para investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia," tambah Wijayanto.
Namun, sejak memasuki tahun 2005 hingga saat ini, meskipun ada beberapa langkah perbaikan, dukungan pemerintah terhadap pasar modal domestik dinilai semakin berkurang. Menurut Wijayanto, pemerintah Indonesia saat ini lebih fokus pada kebijakan yang terkait dengan sektor makro ekonomi dan kebijakan fiskal, sementara kebijakan yang lebih spesifik untuk sektor pasar modal tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Hal ini menyebabkan turunnya daya tarik pasar modal Indonesia bagi investor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang yang melibatkan negara-negara besar seperti AS dan China.
"Tidak bisa dipungkiri, kebijakan yang diambil pemerintah sekarang kurang memberi perhatian lebih pada sektor pasar modal. Sementara itu, sektor ini memiliki peran penting dalam memperkuat perekonomian nasional, terutama untuk menarik investasi asing dan memperluas basis investasi domestik," jelas Wijayanto.
Selain itu, dampak dari perang dagang AS-China juga sangat mempengaruhi pasar modal Indonesia. Kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh AS terhadap barang-barang dari China memberikan dampak langsung pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan volatilitas pasar yang lebih tinggi, yang tentunya berisiko bagi investor baik lokal maupun asing.
Dengan ketidakpastian ekonomi global yang semakin besar, langkah-langkah pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar modal menjadi semakin mendesak. Wijayanto mengungkapkan bahwa untuk menghadapi ketidakpastian ini, pemerintah harus mengambil kebijakan yang bisa memperkuat pasar modal domestik, di antaranya dengan memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang melantai di bursa saham, serta meningkatkan transparansi dan tata kelola pasar yang lebih baik.
"Penguatan pasar modal Indonesia sangat bergantung pada kebijakan yang berpihak pada sektor ini. Pemerintah harus kembali menunjukkan komitmennya untuk menjaga stabilitas pasar modal dan mendorong investor untuk terus menanamkan modal di Indonesia. Insentif pajak dan perbaikan tata kelola bisa menjadi langkah yang efektif untuk menarik lebih banyak investor," ungkapnya.
Lebih lanjut, Wijayanto juga menekankan pentingnya diversifikasi sumber pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan Indonesia. Menurutnya, selain mengandalkan pinjaman perbankan, pasar modal dapat menjadi alternatif pembiayaan yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, langkah untuk memulihkan dan memperkuat pasar modal Indonesia sangat krusial.
"Pasar modal harus bisa menjadi alternatif pembiayaan yang lebih terjangkau dan efisien bagi perusahaan-perusahaan Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung pasar modal perlu segera diimplementasikan, agar ekonomi Indonesia bisa terus berkembang meskipun ada ketegangan dalam perdagangan global," pungkas Wijayanto.
Meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pasar modalnya, diperlukan langkah-langkah konkret dan kebijakan yang lebih berpihak pada sektor ini untuk memastikan keberlanjutan dan stabilitas pasar modal Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat lebih aktif dalam memperkuat pasar modal, agar sektor ini dapat tetap berfungsi sebagai pendorong utama perekonomian nasional di tengah tantangan global yang semakin kompleks.