JAKARTA - Momentum Ramadan dan libur Idulfitri 2025 kembali menjadi pemicu utama peningkatan penggunaan kartu kredit di Indonesia. Meski tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, perbankan tetap mencatat pertumbuhan signifikan pada volume dan nilai transaksi kartu kredit, sembari beradaptasi dengan tantangan dari perkembangan layanan keuangan digital seperti paylater.
Pada awal tahun 2025, volume transaksi kartu kredit nasional tercatat mencapai 41,83 juta kali, mengalami lonjakan hingga 15,89 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, nilai transaksi turut meningkat sebesar 2,56 persen menjadi Rp36,82 triliun. Lonjakan ini diyakini akan terus berlanjut hingga akhir April, menyusul tingginya mobilitas masyarakat selama Ramadan dan cuti bersama Lebaran.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Steve Marta, menyatakan bahwa meskipun terjadi kenaikan transaksi selama Ramadan dan Lebaran, pertumbuhan ini belum setara dengan tren positif di masa lalu. Menurutnya, salah satu penyebab utamanya adalah popularitas layanan paylater yang semakin diminati karena kemudahannya.
"Secara umum, volume dan nilai transaksi kartu kredit memang naik saat Ramadan dan Idulfitri, namun tidak sebesar sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar karena paylater lebih mudah didapatkan dibandingkan kartu kredit," ujar Steve.
Selain faktor persaingan dengan produk keuangan digital, perbankan juga bersikap lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit karena meningkatnya risiko kredit bermasalah. Banyak bank memilih untuk menyasar nasabah dengan riwayat kredit yang baik untuk menekan angka kredit macet.
Bank-bank besar nasional tetap menunjukkan kinerja yang solid dalam menjaga kualitas portofolio kartu kredit mereka. Salah satunya adalah Bank Negara Indonesia (BNI) yang mencatat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada segmen kartu kredit tetap terjaga di bawah 2,5 persen.
“Untuk memitigasi risiko, BNI memberi kartu kredit hanya kepada selected customer dan secara aktif menjaga kualitas portofolio,” jelas Grace, perwakilan dari BNI.
Bank lain yang mencatat pertumbuhan signifikan adalah Bank Mandiri. Hingga Maret 2025, Bank Mandiri melaporkan pertumbuhan transaksi kartu kredit sebesar 23 persen secara tahunan, dengan total pengguna kartu kredit aktif mencapai dua juta orang. Pihak bank menargetkan pertumbuhan transaksi kartu kredit hingga 30 persen sepanjang tahun ini, sejalan dengan optimalisasi layanan digital di aplikasi Livin’ by Mandiri.
Bank Mandiri juga terus menambahkan fitur-fitur terbaru dalam aplikasinya, seperti layanan pengajuan kartu kredit secara daring, pengelolaan limit dan poin reward, serta integrasi promo yang mudah diakses nasabah.
“Kami berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan transaksi kartu kredit yang sehat, melalui pemanfaatan teknologi dan pendekatan digital terhadap nasabah,” ungkap perwakilan dari Bank Mandiri.
Peningkatan konsumsi masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri tidak hanya terjadi di sektor ritel, tetapi juga meluas ke sektor perjalanan, pariwisata, dan hiburan. Pemesanan tiket transportasi, hotel, dan restoran juga mengalami peningkatan, yang tercermin dalam tingginya volume penggunaan kartu kredit, terutama pada minggu menjelang dan sesudah Lebaran.
Bagi kalangan perbankan, momen Ramadan dan Lebaran menjadi kesempatan strategis untuk meningkatkan akuisisi nasabah kartu kredit baru. Banyak bank meluncurkan program promo khusus, seperti cicilan nol persen, cashback, dan diskon belanja, guna menarik minat masyarakat untuk menggunakan kartu kredit dalam memenuhi kebutuhan selama musim libur panjang.
Namun demikian, para pelaku industri juga menyadari pentingnya edukasi literasi keuangan kepada masyarakat. Peningkatan penggunaan kartu kredit harus dibarengi dengan kesadaran terhadap pengelolaan utang yang bijak. Bank pun terus mengimbau nasabah untuk menggunakan fasilitas kredit secara bertanggung jawab dan sesuai kemampuan finansial masing-masing.
“Kartu kredit tetap menjadi alat pembayaran yang aman dan fleksibel. Namun, penggunaannya harus cermat agar tidak menimbulkan beban finansial di kemudian hari,” ujar Steve Marta.
Sementara itu, pengaruh tren digitalisasi dalam dunia perbankan terus berkembang. Di tengah pesatnya pertumbuhan layanan paylater dan dompet digital, bank-bank konvensional tidak tinggal diam. Mereka terus meningkatkan layanan dan kenyamanan dalam penggunaan kartu kredit, mulai dari kemudahan akses aplikasi, peningkatan keamanan transaksi, hingga integrasi dengan berbagai platform e-commerce dan travel online.
Pakar keuangan menilai bahwa persaingan antara kartu kredit dan layanan keuangan digital akan semakin ketat dalam beberapa tahun ke depan. Namun, kartu kredit dinilai tetap memiliki keunggulan tersendiri, terutama bagi segmen pelanggan premium yang membutuhkan fleksibilitas, benefit, dan jaringan internasional.
“Produk kartu kredit masih memiliki daya tarik kuat, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke atas yang lebih mengutamakan kenyamanan, reward, dan layanan eksklusif,” ujar seorang analis industri keuangan.
Dengan momentum Ramadan dan Idulfitri yang mendorong peningkatan konsumsi, perbankan nasional diharapkan mampu terus memperkuat daya saing layanan kartu kredit, baik dari sisi teknologi, keamanan, maupun personalisasi layanan kepada nasabah.
Secara keseluruhan, Ramadan dan Lebaran 2025 menjadi sinyal positif bagi sektor perbankan bahwa kartu kredit tetap relevan dan tumbuh di tengah tantangan digitalisasi. Meski lanskap industri keuangan terus berubah, kolaborasi antara inovasi dan kehati-hatian dalam pengelolaan risiko menjadi kunci bagi bank untuk menjaga pertumbuhan bisnis kartu kredit yang berkelanjutan.