Emas

Harga Emas Meroket di Tengah Perang Dagang dan Ketidakpastian Ekonomi Global: 5 Faktor Utama Penyebabnya

Harga Emas Meroket di Tengah Perang Dagang dan Ketidakpastian Ekonomi Global: 5 Faktor Utama Penyebabnya
Harga Emas Meroket di Tengah Perang Dagang dan Ketidakpastian Ekonomi Global: 5 Faktor Utama Penyebabnya

JAKARTA - Harga emas kembali mencetak lonjakan signifikan, mencatatkan rekor harga intraday pada perdagangan Senin Selasa hingga pukul 06.07 WIB, harga emas di pasar spot tercatat menguat tipis sebesar 0,05% di posisi US$3.211,02 per troy ons. Lonjakan harga ini mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor global, terutama perang dagang yang tengah berlangsung antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China.

Emas telah lama dikenal sebagai instrumen investasi yang aman (safe haven) selama masa ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik. Saat perang dagang memanas, terutama dengan tarif impor yang tinggi antara AS dan China, ketidakpastian yang timbul memicu lonjakan permintaan terhadap emas. Fenomena ini semakin jelas, di mana para investor mulai mengalihkan dananya ke emas sebagai pelindung nilai yang terbukti tahan terhadap gejolak pasar.

Harga emas juga mencetak rekor kenaikan mingguan pada pekan ini, dengan kenaikan mencapai 6,55%, yang menjadi lonjakan terbesar sejak pekan terakhir Maret 2020 saat dunia diguncang oleh pandemi COVID-19. Keadaan ini menegaskan peran emas dalam menghadapi ketegangan geopolitik dan ancaman resesi global. Laporan menunjukkan bahwa tidak hanya investor ritel, namun juga bank sentral dunia mulai memperbesar cadangan emas mereka sebagai antisipasi terhadap ketidakstabilan ekonomi global. Beberapa alasan utama yang mendorong lonjakan harga emas di tengah perang dagang antara AS dan China adalah sebagai berikut:

1. Perang Dagang dan Ketegangan Geopolitik

Perang dagang yang dimulai dengan kebijakan proteksionis oleh Presiden AS Donald Trump telah menciptakan ketegangan perdagangan yang signifikan. Keputusan untuk menaikkan tarif impor barang dari berbagai negara, termasuk China, hingga mencapai 10% serta tarif 145% pada produk tertentu telah memperburuk hubungan perdagangan internasional. Meskipun Trump sempat menunda pengenaan tarif resiprokal kepada 57 negara selama 90 hari, ketidakpastian pasar tetap meningkat.

Menurut seorang pakar ekonomi, "Kebijakan tarif yang diterapkan Trump mengarah pada ketidakpastian yang semakin besar dalam ekonomi global. Kondisi ini mendorong para investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk aset yang lebih stabil, seperti emas."

2. Ancaman Resesi Global

Kekhawatiran terhadap resesi global semakin mendalam, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman. Proyeksi ekonomi yang suram disertai dengan dampak perang dagang menyebabkan investor mencari aset yang bisa menjaga daya beli mereka. Emas, yang telah lama diakui sebagai aset yang dapat mempertahankan nilainya selama periode krisis ekonomi, menjadi pilihan utama.

CEO BlackRock, Larry Fink, dalam sebuah wawancara di CNBC, menyatakan, "Saya pikir kita sangat dekat, jika tidak sedang berada dalam resesi saat ini, mengingat tarif besar-besaran yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Resesi sudah di depan mata, dan itu menambah kekhawatiran pasar."

Laporan ekonomi terbaru dari Goldman Sachs dan JP Morgan semakin memperburuk prospek ekonomi AS. Goldman Sachs bahkan meningkatkan peluang terjadinya resesi di AS dari 35% menjadi 45%, sementara JP Morgan menaikkan probabilitasnya menjadi 60%. Ketidakpastian ekonomi ini mendorong investor untuk melindungi aset mereka dengan berinvestasi dalam emas.

3. Pelemahan Nilai Dolar AS

Indeks dolar AS mengalami penurunan signifikan ke level 100,14 pada Jumat (11/4/2025), yang merupakan terendah sejak Juli 2023. Pelemahan dolar AS ini membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan global terhadap logam mulia tersebut. Saat dolar AS melemah, nilai emas sebagai aset yang dihargai dalam dolar menjadi lebih menarik untuk investor internasional.

"Ketika dolar AS melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Ini menciptakan lonjakan permintaan yang signifikan terhadap emas, yang akhirnya mendorong harga emas terus naik," ujar analis pasar komoditas.

4. Kebijakan Moneter Longgar oleh The Fed

Melambatnya perekonomian AS dan potensi terjadinya resesi memicu The Federal Reserve (The Fed) untuk mengubah kebijakan moneternya. Para ekonom memprediksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat dari rencana awal untuk mengatasi tekanan inflasi dan merangsang perekonomian. Penurunan suku bunga ini dapat menyebabkan melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS, dua faktor yang menguntungkan bagi emas.

"Suku bunga yang rendah sering kali memicu investor untuk beralih ke emas, karena instrumen lain seperti obligasi menjadi kurang menarik. Dampak dari kebijakan ini adalah kenaikan harga emas yang lebih lanjut," jelas seorang analis ekonomi senior.

5. Pembelian Emas oleh Bank Sentral Dunia

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai langkah strategis untuk melindungi nilai cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa pada tahun 2024, bank sentral global membeli lebih dari 1.045 ton emas, mendekati rekor pembelian tahunan tertinggi dalam sejarah. Pembelian besar-besaran ini tidak hanya dilakukan sebagai reaksi terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, tetapi juga sebagai upaya untuk mendiversifikasi cadangan internasional mereka.

Pada awal tahun 2025, pembelian emas oleh bank sentral terus berlanjut, dengan 18 ton emas dibeli pada Januari dan 29 ton pada Februari. Langkah ini mencerminkan peningkatan kepercayaan pada emas sebagai aset yang dapat bertahan dalam krisis.

"Pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral global menunjukkan pentingnya logam mulia ini sebagai instrumen penyelamat di tengah ketidakpastian global," kata seorang ekonom yang berbasis di London.

Emas Kembali Menjadi Aset Pelindung Nilai

Faktor-faktor seperti perang dagang, ancaman resesi global, pelemahan dolar AS, kebijakan moneter longgar dari The Fed, serta pembelian besar-besaran oleh bank sentral, semuanya berperan dalam mendorong harga emas naik. Emas tidak hanya mencerminkan nilai intrinsiknya sebagai logam mulia, tetapi juga menjadi simbol ketahanan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Harga emas yang terus meningkat bukan hanya cerminan dari kondisi pasar saat ini, tetapi juga sinyal dari kehati-hatian pasar global yang berusaha melindungi kekayaan di tengah krisis. Bagi banyak investor, emas kembali menegaskan posisinya sebagai pelindung nilai yang sangat penting di masa-masa penuh tantangan ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index