JAKARTA - Industri pertambangan kini dihadapkan pada tuntutan global yang semakin tinggi untuk menjalankan operasional yang berkelanjutan. Praktik bisnis yang memperhatikan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG/Environmental, Social, and Governance) bukan lagi sekadar tren, melainkan telah menjadi keniscayaan. Di tengah sorotan terhadap dampak lingkungan dari aktivitas tambang, sejumlah perusahaan mulai menyusun strategi untuk menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan secara konkret.
Salah satu pelaku industri yang aktif dalam upaya ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM), perusahaan pertambangan batu bara terkemuka di Indonesia. Melalui berbagai inisiatif strategis, ITM menegaskan komitmennya untuk tidak hanya mengejar profit semata, tetapi juga memastikan keberlanjutan operasional, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah tambang.
Menerapkan Prinsip ESG dalam Operasional Pertambangan
Konsep pertambangan berkelanjutan yang diadopsi ITM mengacu pada pengelolaan kegiatan tambang secara menyeluruh dan bertanggung jawab. Tujuannya adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, sekaligus mengoptimalkan hasil usaha secara jangka panjang. Dalam praktiknya, keberhasilan strategi ini diukur dari implementasi prinsip ESG.
“Penerapan prinsip ESG memungkinkan perusahaan tidak hanya mencapai efisiensi dalam operasional, tetapi juga membangun reputasi positif dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan,” ujar manajemen PT Indo Tambangraya Megah Tbk dalam laporan keberlanjutan terbarunya.
Perusahaan dengan kode emiten ITMG ini tercatat memproduksi 20,2 juta ton batu bara sepanjang 2024 dari berbagai lokasi tambang yang tersebar di Pulau Kalimantan. Namun di tengah capaian produksi yang tinggi, perusahaan tetap menjadikan prinsip ESG sebagai landasan utama dalam menjalankan operasionalnya.
Strategi Keberlanjutan: Dari Reklamasi hingga Energi Bersih
Salah satu aspek utama dari strategi keberlanjutan ITM adalah pelaksanaan program reklamasi lahan pasca tambang. Perusahaan secara konsisten mengembalikan fungsi ekologis wilayah tambang melalui penanaman kembali, pengelolaan air limbah, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Tak hanya itu, ITM juga mengembangkan proyek diversifikasi energi, sejalan dengan arah transisi energi global. Perusahaan mulai berinvestasi dalam pengembangan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa. Upaya ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap batu bara dan memberikan kontribusi dalam menurunkan emisi karbon.
Langkah ini sejalan dengan komitmen nasional Indonesia dalam mencapai net zero emission pada 2060, serta memenuhi target pengurangan emisi yang telah ditetapkan dalam dokumen kontribusi nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC).
“Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang kami terhadap lingkungan dan keberlanjutan, Indo Tambangraya Megah telah menetapkan roadmap dekarbonisasi dan terus memperkuat inisiatif energi terbarukan,” ungkap perwakilan manajemen perusahaan.
Fokus pada Komunitas dan Tata Kelola
Dalam aspek sosial, ITM turut berfokus pada pengembangan masyarakat sekitar tambang, khususnya dalam hal pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Program-program seperti pelatihan keterampilan kerja, bantuan pendidikan, serta dukungan untuk UMKM menjadi bagian dari strategi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dirancang secara terukur.
ITM menyadari bahwa keberhasilan operasional tambang juga bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dialog terbuka, transparansi, serta pembangunan relasi yang harmonis menjadi bagian penting dari strategi sosial perusahaan.
Sementara itu, dari sisi tata kelola, ITM mengedepankan integritas dan akuntabilitas dalam seluruh proses bisnisnya. Kebijakan anti korupsi, kepatuhan terhadap peraturan, serta penerapan sistem pelaporan internal yang transparan menjadi pilar dalam memastikan tata kelola perusahaan yang sehat.
“Keberlanjutan tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga mencakup bagaimana perusahaan dikelola secara transparan, beretika, dan akuntabel,” ujar Direktur Utama ITMG dalam pernyataan resminya.
Tantangan dan Prospek Industri Tambang Berkelanjutan
Kendati strategi berkelanjutan sudah mulai diterapkan, tantangan besar tetap menghadang. Salah satunya adalah keseimbangan antara produktivitas dan konservasi, terutama di tengah permintaan batu bara yang masih tinggi di pasar ekspor seperti Vietnam dan India. Selain itu, fluktuasi harga komoditas global juga menjadi faktor eksternal yang dapat memengaruhi stabilitas finansial perusahaan tambang.
Namun demikian, perusahaan yang memiliki komitmen kuat terhadap prinsip ESG diyakini akan lebih tangguh menghadapi berbagai dinamika tersebut. Tak hanya mendapat kepercayaan dari investor, perusahaan dengan skor ESG yang baik juga memiliki akses lebih luas terhadap pendanaan hijau atau green financing.
Menurut laporan dari PwC Indonesia, lebih dari 70% investor institusional saat ini menjadikan skor ESG sebagai salah satu indikator utama dalam menilai kinerja dan risiko investasi perusahaan.
Masa Depan Pertambangan Adalah Berkelanjutan
PT Indo Tambangraya Megah Tbk menjadi contoh konkret bahwa industri pertambangan dapat bertransformasi menjadi lebih ramah lingkungan, inklusif, dan akuntabel. Dengan produksi batu bara yang tetap tinggi, namun dibarengi strategi ESG yang terukur dan progresif, ITM membuktikan bahwa pertambangan berkelanjutan bukan sekadar jargon, melainkan sebuah kebutuhan mutlak.
Dengan mengedepankan nilai-nilai keberlanjutan, ITM dan perusahaan tambang lainnya bukan hanya menjaga keberlangsungan bisnis, tetapi juga turut membangun masa depan energi Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.