JAKARTA - Penggunaan botol minum guna ulang kini telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Selain mendukung gerakan ramah lingkungan, kebiasaan ini juga membantu mengurangi biaya membeli air minum dalam kemasan. Tidak heran jika botol minum reusable semakin populer di berbagai kalangan.
Meski terlihat praktis dan sehat, ada sisi lain yang kerap terabaikan. Banyak orang merasa cukup hanya dengan membilas botol sebelum dipakai kembali. Padahal, di balik permukaan yang tampak bersih, botol bisa menjadi sarang bakteri yang berbahaya jika tidak dirawat dengan benar.
Fenomena ini semakin menarik perhatian ketika sebuah penelitian menunjukkan bahwa botol minum sehari-hari ternyata jauh lebih kotor daripada yang dibayangkan. Fakta ini membuat masyarakat harus lebih waspada dalam menjaga kebersihannya.
Studi Tentang Kebersihan Botol Minum
Pada tahun 2024, pasar global botol minum reusable mencapai sekitar USD 10 miliar atau setara Rp164 miliar. Survei di kalangan mahasiswa bahkan menunjukkan tingkat penggunaan berkisar 50 hingga 81 persen. Angka besar ini mendorong peneliti di Purdue University untuk meneliti lebih dalam kondisi botol minum yang sering dipakai mahasiswa.
Pertanyaan penelitian sederhana saja, yaitu seberapa bersih botol yang digunakan. Untuk menjawabnya, para peneliti mengumpulkan 90 botol milik mahasiswa dengan meminta setiap pemilik menjelaskan kebiasaan pemakaian serta cara mencuci botol. Setelah itu, dilakukan pengujian menggunakan dua metode berbeda.
Metode pertama adalah uji ATP atau Adenosin Trifosfat pada bagian luar botol. Tes ini biasa dipakai dalam bidang keamanan pangan untuk mendeteksi sisa organik yang menempel pada permukaan. Metode kedua dilakukan dengan membilas bagian dalam botol lalu menghitung jumlah bakteri yang menempel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa botol jauh lebih kotor dari perkiraan. Bahkan dua botol baru yang langsung dibeli dari toko masih dikategorikan kotor. Artinya, baik botol lama maupun baru sama-sama berpotensi menyimpan kuman jika tidak dibersihkan dengan baik.
Temuan Mengejutkan di Dalam Botol
Bagian yang paling rentan adalah bibir botol. Area ini menjadi titik sentuh utama antara tangan, mulut, dan tutup botol sehingga mudah sekali terkontaminasi. Bakteri yang menempel bisa berkembang biak tanpa terlihat jelas oleh mata.
Bagian dalam botol pun tidak kalah berisiko. Standar kualitas air minum biasanya di bawah 100–500 CFU per mililiter. Namun penelitian menemukan bahwa tujuh dari sepuluh botol melampaui angka 100, dua dari tiga melampaui 200, dan tiga dari lima bahkan melewati 500. Itu berarti sebagian besar botol justru lebih kotor daripada air minum yang dianggap layak konsumsi.
Lebih memprihatinkan lagi, satu dari empat botol mengandung bakteri E. coli. Bakteri ini merupakan indikator adanya kontaminasi feses, padahal pada air minum kemasan seharusnya tidak boleh ada sama sekali. Menurut peneliti Carl Behnke, lebih dari 20 persen sampel mengandung bakteri coliform, tanda adanya kotoran feses.
Botol yang hanya diisi air putih cenderung lebih bersih. Sebaliknya, botol yang juga digunakan untuk minuman manis atau susu jauh lebih kotor. Kandungan gula memberi makan bakteri, sedangkan protein dan lemak meninggalkan lapisan yang memudahkan terbentuknya biofilm. Lapisan ini lebih sulit dibersihkan dibanding kotoran biasa.
Faktor Desain dan Cara Membersihkan
Jenis bahan botol ternyata bukan faktor utama. Botol kaca memang tampak lebih bersih karena permukaannya halus, namun tetap saja tidak sepenuhnya aman. Justru desain botol lebih berpengaruh, misalnya leher sempit, sedotan, katup gigit, hingga cincin silikon yang menyimpan kotoran.
Mencuci botol secara rutin memang membantu, tetapi belum cukup. Membilas cepat sering meninggalkan sisa lengket. Mesin pencuci piring juga tidak selalu efektif menjangkau bagian seperti ulir atau sedotan. Jika tidak dibongkar, biofilm tetap bisa bertahan di dalam.
Carl Behnke mengingatkan, orang biasanya rajin mencuci piring setelah makan malam, tetapi sering lalai dalam membersihkan botol minum yang dibawa ke mana-mana. Kebiasaan ini membuka peluang besar bagi bakteri untuk terus berkembang biak.
Menurut Dr. Yuriko Fukuta, asisten profesor kedokteran penyakit infeksi di Baylor College of Medicine, botol minum bisa menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya. Ia menjelaskan, bakteri yang ditemukan termasuk Staphylococcus dan Streptococcus. Pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, paparan bakteri tersebut berisiko menyebabkan sakit.
Cara Aman Merawat Botol Minum
Agar tetap aman, botol minum sebaiknya dicuci dengan sabun dan air panas. Bagian dalam perlu disikat, sedangkan komponen kecil seperti sedotan dan cincin silikon sebaiknya dilepas agar bersih maksimal. Setelah dicuci, botol harus dikeringkan dalam keadaan tutup terbuka.
Hindari kebiasaan berbagi botol dengan orang lain karena dapat mempercepat perpindahan bakteri. Jika botol digunakan untuk minuman manis atau susu, pastikan dicuci pada hari yang sama agar sisa gula, protein, dan lemak tidak menempel lebih lama.
Dengan perawatan sederhana namun konsisten, botol minum reusable bisa tetap higienis. Hal ini penting bukan hanya untuk menjaga kesehatan, tetapi juga agar kebiasaan ramah lingkungan ini benar-benar membawa manfaat positif.
Pentingnya Kesadaran Kebersihan
Botol minum reusable memang memberi banyak keuntungan, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Namun, tanpa kesadaran menjaga kebersihannya, justru bisa menjadi sumber penyakit. Kebiasaan kecil seperti mencuci dengan benar setiap hari akan memberi dampak besar bagi kesehatan.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa gaya hidup sehat bukan hanya tentang apa yang dikonsumsi, tetapi juga bagaimana menjaga alat yang digunakan sehari-hari. Dengan demikian, botol minum reusable tetap bisa menjadi pilihan tepat untuk mendukung pola hidup sehat dan berkelanjutan.