JAKARTA - Harga bahan bakar minyak (BBM) di wilayah DKI Jakarta per 15 April 2025 tercatat stabil dan tidak mengalami perubahan dari penyesuaian terakhir yang dilakukan pada awal bulan. Kondisi ini memberikan kelegaan bagi masyarakat, terutama bagi pengguna kendaraan pribadi serta pelaku usaha transportasi dan logistik yang sangat bergantung pada fluktuasi harga energi. Stabilitas ini juga menjadi sinyal positif di tengah dinamika harga minyak dunia yang sempat berfluktuasi akibat perkembangan geopolitik dan ekonomi global.
Berdasarkan pantauan, harga BBM yang berlaku di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) besar di Jakarta—seperti Pertamina, Shell, BP, dan Vivo—tidak menunjukkan perubahan signifikan dari periode sebelumnya. Hal ini membawa kepastian dalam perencanaan keuangan rumah tangga maupun sektor industri yang sangat sensitif terhadap biaya operasional.
Di SPBU Pertamina, harga Pertalite (RON 90) masih berada pada level Rp10.000 per liter, yang merupakan salah satu jenis BBM dengan konsumsi tertinggi oleh masyarakat kelas menengah. Untuk BBM non-subsidi lainnya, Pertamax (RON 92) dijual dengan harga Rp12.500 per liter, sementara Pertamax Green 95 (RON 95) dipatok Rp13.250 per liter. Pertamax Turbo (RON 98), yang memiliki performa tinggi untuk kendaraan kelas premium, dihargai Rp13.500 per liter.
Sementara itu, untuk jenis bahan bakar diesel, harga Dexlite (CN 51) tercatat Rp13.600 per liter dan Pertamina Dex (CN 53) di angka Rp13.900 per liter. Biosolar sebagai BBM subsidi tetap dijual dengan harga paling terjangkau, yakni Rp6.800 per liter.
“Stabilitas harga BBM ini tentunya sangat membantu masyarakat, apalagi di tengah berbagai tekanan ekonomi global. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dan pelaku usaha energi untuk menjaga daya beli serta kestabilan inflasi,” ujar seorang analis energi yang tidak disebutkan namanya.
Adapun di SPBU Shell, harga BBM juga menunjukkan kestabilan. Shell Super (RON 92) dijual Rp12.920 per liter, sedangkan Shell V-Power (RON 95) dipatok Rp13.370 per liter. Jenis BBM dengan RON tertinggi, Shell V-Power Nitro+ (RON 98), dijual seharga Rp13.550 per liter. Sementara untuk pengguna kendaraan diesel, Shell V-Power Diesel dibanderol Rp14.060 per liter.
Stabilitas harga serupa juga terlihat di SPBU BP-AKR. Untuk jenis BP 92 (RON 92), harga per liter ditetapkan sebesar Rp12.800. Sementara itu, BP Ultimate (RON 95) berada di angka Rp13.370 per liter. Jenis diesel unggulan mereka, BP Ultimate Diesel, dijual dengan harga yang sama seperti Shell, yakni Rp14.060 per liter.
Tidak ketinggalan, SPBU Vivo yang juga mulai mendapatkan pangsa pasar tersendiri dengan menawarkan harga kompetitif, menetapkan harga Revvo 90 (RON 90) pada Rp12.700 per liter. Revvo 92 (RON 92) dijual Rp12.290 per liter, sedangkan Revvo 95 (RON 95) juga seharga Rp13.370 per liter. Untuk jenis diesel, Primus Diesel dari Vivo juga dipatok Rp14.060 per liter.
“Untuk saat ini, belum ada perubahan harga BBM dari kami. Penyesuaian biasanya dilakukan setelah mempertimbangkan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” ujar seorang perwakilan SPBU dari perusahaan swasta nasional dalam wawancara singkat dengan media lokal.
Harga-harga ini secara umum berlaku secara nasional, walaupun tetap dimungkinkan adanya sedikit variasi di beberapa wilayah karena perbedaan biaya distribusi dan kebijakan daerah masing-masing. Untuk itu, masyarakat dianjurkan untuk selalu memantau harga resmi melalui situs web masing-masing perusahaan penyedia BBM atau melalui aplikasi yang tersedia untuk informasi yang lebih akurat dan terkini.
Stabilitas harga BBM ini pun menjadi dorongan moral bagi sektor logistik dan transportasi, yang dalam beberapa bulan terakhir menghadapi tantangan akibat kenaikan biaya operasional dan tekanan harga dari kompetitor. Dengan harga bahan bakar yang tidak berubah, pelaku usaha bisa menyusun strategi biaya dan anggaran lebih tepat, sehingga meningkatkan efisiensi.
Dari sisi konsumen rumah tangga, kestabilan harga BBM juga mempermudah perencanaan anggaran bulanan. Banyak keluarga di perkotaan yang bergantung pada kendaraan pribadi sebagai moda transportasi utama. Harga BBM yang tetap menjadikan pengeluaran untuk bahan bakar bisa diprediksi dan lebih mudah dikendalikan, sehingga memberi ruang bagi alokasi dana ke kebutuhan lainnya.
Meski demikian, pengamat energi memperingatkan bahwa kestabilan harga ini bersifat dinamis dan tetap tergantung pada situasi global. Lonjakan harga minyak mentah dunia, perubahan kebijakan fiskal dan moneter, maupun ketegangan geopolitik bisa memicu perubahan harga sewaktu-waktu. Oleh karena itu, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan fluktuasi di masa mendatang.
“Kita tentu menyambut baik harga BBM yang stabil saat ini, namun kita tidak boleh lengah. Ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah membuat kita rentan terhadap gejolak harga global,” ujar analis dari sektor energi tersebut.
Dari sisi pemerintah, upaya menjaga kestabilan harga energi memang menjadi salah satu fokus utama. Dalam beberapa kesempatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa kebijakan harga BBM akan selalu mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat dan menjaga inflasi agar tetap dalam kendali.
Untuk jangka panjang, pemerintah juga terus mendorong diversifikasi energi dan transisi menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan, termasuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) dan kendaraan listrik. Namun, dalam jangka pendek, stabilitas harga BBM konvensional seperti saat ini tetap menjadi aspek penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Dengan begitu, masyarakat disarankan untuk terus memperbarui informasi harga BBM secara rutin melalui kanal resmi agar dapat mengelola anggaran harian secara bijak. Stabilitas harga memang memberi ruang gerak lebih luas, namun kesiapan terhadap kemungkinan perubahan tetap menjadi kunci utama dalam perencanaan ekonomi individu maupun perusahaan.