JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada perdagangan, didorong oleh prospek ekonomi positif dari Amerika Serikat (AS) dan China, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April naik 0,6% ke level US$67,58 per barel, sementara minyak Brent untuk pengiriman Mei meningkat 0,7% ke US$71,07 per barel.
Peningkatan harga ini terjadi setelah laporan penjualan ritel AS menunjukkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan, mengindikasikan ketahanan ekonomi terbesar dunia tersebut. Di sisi lain, China merancang serangkaian kebijakan untuk menstabilkan pasar saham dan properti, menaikkan upah, serta mendorong angka kelahiran, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Xinhua.
Ketegangan geopolitik kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa serangan maritim oleh kelompok Houthi yang didukung Iran akan dipandang sebagai tindakan langsung dari Iran. Pernyataan ini muncul setelah serangkaian serangan AS terhadap kelompok Houthi di Yaman, yang menewaskan setidaknya 53 orang, menandai operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Trump kembali menjabat. Trump menegaskan bahwa setiap serangan lanjutan oleh Houthi akan dianggap sebagai tindakan Iran dan akan menghadapi konsekuensi berat. "Jika serangan ini berlanjut, Iran akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan," ujar Trump.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa serangan AS terhadap kelompok Houthi akan berlangsung tanpa henti hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. "Kami akan terus menargetkan posisi Houthi sampai mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut," kata Hegseth.
Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior BOK Financial Securities, mengatakan bahwa ketegangan ini berpotensi menghidupkan kembali risiko geopolitik di pasar minyak. "Situasi ini bisa membuat pelaku pasar yang sebelumnya mengambil posisi jual mulai menarik diri," jelasnya. Secara teknikal, Kissler menambahkan bahwa kontrak minyak mentah AS untuk bulan depan menghadapi level resisten di kisaran US$68,56.
Meskipun harga minyak mengalami kenaikan, harga minyak mentah Indonesia (ICP) untuk Februari 2025 justru turun menjadi US$74,29 per barel, turun US$2,52 per barel dari ketetapan ICP Januari 2025 sebesar US$76,81 per barel. Penurunan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 90.K/MG.01/MEM/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Februari 2025 tanggal 11 Maret 2025.
Di sisi lain, China, Iran, dan Rusia menggelar latihan angkatan laut bersama di Teluk Oman dalam operasi "Sabuk Keamanan Maritim 2025." Latihan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS, terutama terkait sengketa nuklir dan dinamika geopolitik kawasan. Komandan Angkatan Laut Iran menyatakan bahwa latihan ini menunjukkan kesiapan negara-negara tersebut dalam menghadapi ancaman eksternal. "Latihan ini menegaskan komitmen kami untuk menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah ini," ujarnya
Selain itu, harga timah juga mengalami kenaikan signifikan. Pada penutupan perdagangan terakhir, harga timah melesat 7,41% menjadi US$35.900 per ton. Kenaikan ini dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan kekhawatiran akan pasokan global.
Sementara itu, tokoh oposisi Iran, Mehdi Karroubi, dibebaskan dari tahanan rumah setelah 14 tahun. Pembebasan ini terkait janji kampanye Presiden Pezeshkian dan dianggap sebagai langkah menuju reformasi politik di Iran. "Ini adalah langkah positif menuju demokrasi dan kebebasan di Iran," kata seorang analis politik.
Secara keseluruhan, kenaikan harga minyak mentah ini mencerminkan kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik yang kompleks. Stimulus ekonomi dari AS dan China memberikan harapan akan peningkatan permintaan energi, sementara ketegangan di Timur Tengah menambah kekhawatiran akan gangguan pasokan. Pelaku pasar akan terus memantau perkembangan ini untuk menilai dampaknya terhadap harga minyak global.