MINYAK

Harga Minyak Anjlok 1 Persen, Dipicu Potensi Pelonggaran Sanksi Rusia dan Ketidakpastian Timur Tengah

Harga Minyak Anjlok 1 Persen, Dipicu Potensi Pelonggaran Sanksi Rusia dan Ketidakpastian Timur Tengah
Harga Minyak Anjlok 1 Persen, Dipicu Potensi Pelonggaran Sanksi Rusia dan Ketidakpastian Timur Tengah

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami penurunan sekitar 1% pada Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri konflik tiga tahun di Ukraina. Pembicaraan ini memunculkan spekulasi bahwa sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia bisa dilonggarkan, yang berpotensi meningkatkan pasokan minyak global.

Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai titik tertinggi dalam dua minggu terakhir. Hal ini didorong oleh kekhawatiran bahwa ketidakstabilan di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak global serta ekspektasi bahwa stimulus ekonomi di China dan Jerman akan meningkatkan permintaan energi dari dua ekonomi terbesar dunia.

Namun, setelah muncul kabar mengenai pembicaraan antara Trump dan Putin, harga minyak Brent turun 51 sen atau sekitar 0,72% menjadi USD 70,56 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan lebih tajam, yakni 68 sen atau 1,01%, dan ditutup pada USD 66,90 per barel.

Analis memperkirakan bahwa meskipun AS dan Rusia mencapai kesepakatan gencatan senjata di Ukraina, ekspor energi Rusia tidak akan langsung melonjak secara signifikan. “Bahan bakar fosil Rusia mungkin pada tahap tertentu akan kembali melimpah tanpa belenggu sanksi, tetapi ... (itu) tidak berarti kemurahan hati energi akan dicabut,” tulis analis dari pialang minyak PVM dalam sebuah catatan.

Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa produksi minyak Rusia pada tahun 2024 mencapai sekitar 9,2 juta barel per hari (bpd). Angka ini lebih rendah dibandingkan produksi pada 2022 yang mencapai 9,8 juta bpd, serta jauh di bawah rekor produksi 10,6 juta bpd yang dicapai pada 2016.

Selain faktor Rusia, kondisi geopolitik di Timur Tengah juga turut mempengaruhi harga minyak dunia. Presiden Trump menegaskan bahwa AS akan melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman kecuali mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Trump juga menyatakan bahwa Iran akan dimintai pertanggungjawaban atas serangan yang dilakukan oleh Houthi, kelompok yang didukung Teheran di Yaman. Jika AS benar-benar mengambil tindakan terhadap Iran atau jika kelompok Houthi menyerang produsen minyak utama di dunia Arab, pasokan minyak global bisa terganggu.

Iran, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari, menurut data terbaru dari EIA.

Para analis pasar minyak global saat ini tengah mencermati bagaimana perkembangan geopolitik ini akan berdampak pada harga minyak dalam beberapa pekan mendatang. Ketidakpastian di Timur Tengah serta potensi pelonggaran sanksi terhadap Rusia menjadi dua faktor utama yang akan menentukan arah pergerakan harga minyak ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index