Petani

Bulog Serap Gabah Petani Kaltara, Perkuat Ketahanan Pangan Daerah dan Siapkan Gudang Beras di Nunukan

Bulog Serap Gabah Petani Kaltara, Perkuat Ketahanan Pangan Daerah dan Siapkan Gudang Beras di Nunukan
Bulog Serap Gabah Petani Kaltara, Perkuat Ketahanan Pangan Daerah dan Siapkan Gudang Beras di Nunukan

JAKARTA - Perum Bulog mulai menyerap gabah hasil panen petani lokal di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai tindak lanjut dari penugasan Pemerintah Pusat untuk memperkuat cadangan beras pemerintah. Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional dengan melibatkan secara langsung petani lokal.

Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Tarakan, Sri Budi Prasetyo, mengungkapkan bahwa penyerapan gabah sudah mulai dilakukan di berbagai wilayah Kaltara, termasuk Malinau, Tanjung Selor, dan Bulungan. Selain itu, pembelian gabah juga dilakukan oleh kantor cabang Bulog Tanjung Redeb langsung dari petani di wilayah Malinau.

“Malinau, Tanjung Selor, Bulungan, itu sudah mulai bergerak kemarin. Dari kantor cabang Tanjung Redeb juga sudah melakukan pembelian langsung ke petani yang ada di Malinau. Selain Sebatik, kami juga menyerap beras yang ada di Nunukan,” ujar Sri Budi Prasetyo .

Menurut Sri Budi, penyerapan gabah ini dilakukan dengan menggandeng kelompok petani lokal yang tergabung dalam Brigade Pangan di masing-masing daerah. Hal ini dilakukan agar rantai distribusi dan koordinasi penyerapan bisa berjalan optimal serta menyasar langsung hasil produksi petani.

“Kami mencoba bekerjasama dengan Brigade Pangan yang ada di Sebatik maupun Nunukan. Nunukan itu di Mansapa, kami kurang lebih di sana baru panen karena pola tanamnya berbeda, antara Sebatik sama Nunukan. Kami kemarin serap kurang lebih 4 ton, itu bekerjasama dengan Brigade Pangan Tani Maju. Sedangkan yang di Sebatik kurang lebih 89 ton,” lanjut Sri.

Skema Penyerapan dan Tujuan Distribusi Lokal

Bulog menyerap hasil panen petani dalam bentuk gabah maupun beras, tergantung kondisi dan kesiapan pascapanen di lapangan. Setelah diserap, gabah atau beras tersebut akan disalurkan kembali di daerah asal sebagai bagian dari mekanisme pemenuhan kebutuhan pangan lokal.

“Gabah yang diserap nantinya akan kami distribusikan juga di daerah masing-masing. Ini bertujuan agar masyarakat lokal bisa mendapatkan akses beras yang lebih stabil baik dari segi ketersediaan maupun harga,” jelas Sri.

Strategi distribusi lokal ini juga diambil untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah, yang selama ini menjadi kendala utama terutama di wilayah-wilayah terpencil Kaltara seperti Sebatik dan Nunukan. Penyerapan langsung dari petani lokal diyakini bisa menstabilkan harga dan memperkuat ekonomi petani setempat.

Keterbatasan Infrastruktur dan Rencana Bangun Gudang Beras di Nunukan

Namun demikian, Sri mengakui bahwa ada kendala yang dihadapi Bulog dalam menjalankan program ini, terutama terkait infrastruktur penyimpanan. Hingga saat ini, belum ada gudang penyimpanan resmi milik Bulog di beberapa wilayah seperti Nunukan, sehingga menyulitkan pelaksanaan operasi pasar maupun distribusi beras dalam jumlah besar.

“Saat ini, Perum Bulog memang belum pernah melakukan operasi pasar di Nunukan karena jarak distribusi yang cukup jauh dari gudang utama dan belum adanya fasilitas penyimpanan beras di sana,” katanya.

Guna mengatasi hal ini, Bulog tengah menjajaki skema kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan untuk membangun gudang penyimpanan beras. Gudang tersebut tidak hanya akan digunakan sebagai cadangan pangan daerah, tetapi juga berfungsi sebagai lumbung pangan untuk menyimpan hasil panen petani lokal.

“Kami akan menyiapkan gudang beras di Nunukan melalui skema kerjasama dengan Pemkab setempat. Nantinya, gudang itu bisa dimanfaatkan untuk menyimpan cadangan beras Pemkab Nunukan sekaligus menjadi lumbung pangan bagi hasil panen petani yang kami serap,” ungkap Sri.

Menjawab Tantangan Ketersediaan dan Harga Beras

Langkah penyerapan gabah ini juga dinilai sebagai upaya konkret pemerintah dalam menjawab tantangan ketersediaan dan stabilitas harga beras di pasaran. Dengan menyerap langsung dari petani lokal, pemerintah melalui Bulog dapat menjaga harga jual di tingkat petani agar tidak anjlok saat panen raya sekaligus memastikan ketersediaan stok beras bagi masyarakat.

Pemerintah Pusat sebelumnya telah menugaskan Perum Bulog untuk menyerap gabah dan beras petani sebagai bagian dari strategi nasional ketahanan pangan, terutama dalam menghadapi potensi krisis pangan akibat perubahan iklim, gejolak harga global, dan ketegangan geopolitik dunia.

Dengan sistem penyerapan lokal yang disertai pembangunan infrastruktur pendukung seperti gudang beras, Bulog berharap dapat meningkatkan efisiensi distribusi pangan dan memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan kelompok tani.

Dampak Positif Bagi Petani Lokal Kaltara

Petani lokal di Kaltara menyambut baik langkah Bulog ini. Selain memberikan kepastian pasar, program ini juga dinilai membantu petani mendapatkan harga jual yang lebih layak.

“Kami terbantu karena tidak perlu mencari pembeli sendiri. Gabah kami langsung diserap oleh Bulog dan itu memudahkan,” ujar salah satu petani di Sebatik yang tergabung dalam Brigade Pangan Tani Maju.

Gabungan dari keberpihakan pada petani, penyerapan hasil panen, dan rencana pembangunan fasilitas gudang dianggap sebagai pendekatan menyeluruh yang mampu memberikan dampak jangka panjang bagi kemandirian pangan Kaltara.

Dengan penyerapan gabah yang sudah mencapai lebih dari 90 ton di wilayah Sebatik dan Nunukan saja, angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring berlanjutnya musim panen di berbagai wilayah lainnya di Kalimantan Utara.

Langkah strategis Perum Bulog menyerap gabah petani lokal di Kalimantan Utara menjadi sinyal positif dalam penguatan ketahanan pangan nasional. Melalui kerjasama dengan Brigade Pangan, distribusi lokal yang efisien, serta perencanaan pembangunan gudang beras di Nunukan, pemerintah berupaya memastikan ketersediaan beras, menjaga harga, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Inisiatif ini juga menegaskan bahwa kemandirian pangan dimulai dari desa, dan petani lokal adalah fondasi utama dalam membangun ketahanan pangan Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index