Energi

BKK PII Gencarkan Transisi Energi Sektor Migas Lewat Teknologi Rendah Karbon dan Kolaborasi Nasional

BKK PII Gencarkan Transisi Energi Sektor Migas Lewat Teknologi Rendah Karbon dan Kolaborasi Nasional
BKK PII Gencarkan Transisi Energi Sektor Migas Lewat Teknologi Rendah Karbon dan Kolaborasi Nasional

JAKARTA - Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII) memperkuat komitmennya dalam mendorong percepatan transisi energi nasional, khususnya di sektor minyak dan gas bumi (migas), melalui pemanfaatan teknologi rendah karbon. Hal ini mengemuka dalam diskusi bertajuk Focus Group Discussion (FGD) kedua yang menjadi bagian dari rangkaian Annual Meeting BKK PII 2025, yang digelar di Jakarta pada 2 Mei 2025.

Kegiatan tersebut menghadirkan berbagai pemangku kepentingan strategis, mulai dari perwakilan pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga asosiasi profesi teknik, yang bersama-sama merumuskan strategi penguatan penerapan teknologi dekarbonisasi seperti Carbon Capture Utilization (CCU), Carbon Capture and Storage (CCS), dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di industri migas nasional.

Komitmen Menuju Dekarbonisasi Sektor Migas

Dewan Penasehat Panitia Annual Meeting BKK PII 2025, Mery Luciawaty ST MM Meng, yang juga menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Hulu Energi, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi strategis sebagai pusat CCS di kawasan Asia Tenggara. Namun, menurutnya, tantangan utama berada pada aspek investasi dan regulasi.

“Indonesia memiliki potensi strategis menjadi pusat CCS di Asia Tenggara, namun tantangannya ada pada tingginya biaya investasi. Ini butuh dukungan kebijakan, regulasi yang proaktif, dan sinergi lintas sektor,” ujar Mery.

Ia menegaskan bahwa BKK PII melalui FGD ini tidak hanya ingin menjadikan diskusi sebagai ajang pertukaran gagasan, tetapi juga sebagai forum konkret untuk merumuskan rekomendasi strategis. Tujuan utamanya adalah mendukung kebijakan pemerintah dalam mengakselerasi transisi energi nasional sekaligus mempercepat adopsi teknologi dekarbonisasi.

“Dengan upaya bersama, Indonesia dinilai berpeluang besar menjadi pemimpin regional dalam teknologi dekarbonisasi sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan rendah emisi,” ungkap Mery.

Mengangkat Teknologi CCU/CCS/CCUS dalam FGD

FGD kedua ini mengusung tema besar “Implementasi Teknologi CCU/CCS/CCUS untuk Industri Migas yang Berkelanjutan di Indonesia.” Tema ini dipilih karena masih minimnya implementasi teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon di sektor migas Indonesia, padahal sektor ini merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar.

BKK PII menilai bahwa saat ini adalah momentum tepat untuk mendorong transformasi sektor migas agar lebih ramah lingkungan, seiring dengan target pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Melalui forum ini, BKK PII berupaya membangun ekosistem kolaboratif antar-stakeholder, sehingga implementasi teknologi CCU, CCS, dan CCUS tidak hanya menjadi konsep, melainkan realitas yang didukung regulasi, pembiayaan, dan SDM yang kompeten.

Dukungan Akademisi dan Inovasi Teknologi

Ketua Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Dr. Bambang Heru Susanto ST MT, menyatakan bahwa FGD ini merupakan bagian dari lima rangkaian diskusi menuju acara puncak Annual Meeting BKK PII 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada September mendatang. Diskusi-diskusi tersebut dirancang untuk menghasilkan kebijakan dan program konkret yang dapat langsung diadopsi oleh pemerintah maupun pelaku industri.

“FGD ini menjadi ajang konsolidasi pemikiran, pertukaran gagasan, dan tentu saja perumusan strategi implementatif yang menjawab kebutuhan percepatan transisi energi nasional,” ujar Bambang Heru.

Salah satu terobosan teknologi yang menarik perhatian dalam FGD ini datang dari PT Algatek Karbon Nusantara (A Zekindo Companies). Perusahaan ini memperkenalkan teknologi CCU inovatif yang mampu mengubah gas karbon dioksida (CO₂) industri menjadi biomassa yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Biomassa tersebut tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan baku energi alternatif dan pupuk organik, mendukung ekonomi karbon sirkular.

Teknologi semacam ini dinilai sangat penting karena tidak hanya menyelesaikan masalah emisi, tetapi juga membuka peluang bisnis baru dan menciptakan nilai tambah ekonomi dari limbah karbon yang sebelumnya dianggap tidak berguna.

Peran BKK PII sebagai Motor Perubahan

Sebagai bagian dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII), BKK PII memiliki mandat untuk menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan teknis dan ilmiah dari isu-isu strategis nasional, termasuk transisi energi. Kegiatan seperti FGD ini merupakan bentuk kontribusi nyata dalam menjembatani kebutuhan industri dengan kebijakan pemerintah serta riset akademik.

BKK PII juga terus mendorong agar para insinyur Indonesia, terutama yang berlatar belakang teknik kimia, terlibat lebih aktif dalam proyek-proyek dekarbonisasi nasional. Kapasitas dan kompetensi teknis para insinyur menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan implementasi teknologi rendah karbon yang kompleks dan memerlukan akurasi tinggi.

Selain itu, FGD ini juga membuka ruang diskusi lintas disiplin, termasuk aspek hukum, pembiayaan, dan edukasi publik, yang semuanya memiliki peran dalam menciptakan ekosistem transisi energi yang tangguh dan berkelanjutan.

Harapan Menuju Kepemimpinan Regional

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam dan letak geografis strategis, dinilai mampu menjadi pionir dalam pengembangan dan penerapan teknologi dekarbonisasi di kawasan Asia Tenggara. Namun, untuk mencapai itu, diperlukan sinergi menyeluruh antar sektor, terutama dalam hal regulasi, insentif investasi, serta pembangunan infrastruktur penunjang.

Melalui kolaborasi aktif antara pemerintah, BUMN, swasta, dan akademisi, peluang Indonesia untuk memimpin teknologi CCUS di Asia Tenggara dinilai sangat terbuka. Apalagi, beberapa perusahaan migas besar nasional telah menunjukkan komitmen kuat untuk beralih ke energi bersih.

“Dengan sinergi lintas sektor dan pemanfaatan teknologi inovatif, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam transisi energi Asia Tenggara,” pungkas Mery Luciawaty.

FGD kedua yang digelar BKK PII menjadi bukti bahwa isu transisi energi tidak hanya menjadi wacana global, tetapi telah menjadi perhatian serius di tingkat nasional. Melalui pendekatan kolaboratif, inovasi teknologi, serta keterlibatan aktif dari berbagai pihak, transformasi sektor migas ke arah yang lebih berkelanjutan bukanlah hal mustahil.

Dengan mendorong adopsi teknologi CCU/CCS/CCUS dan membangun kebijakan pendukung yang progresif, Indonesia tidak hanya bisa menekan emisi karbon dari sektor migas, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru dan memperkuat posisinya di kancah energi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index