Petani

Panen Jagung Pipil Melimpah, Petani Muda Pekanbaru Harapkan Dukungan Alat Pemipil dari Pemerintah

Panen Jagung Pipil Melimpah, Petani Muda Pekanbaru Harapkan Dukungan Alat Pemipil dari Pemerintah
Panen Jagung Pipil Melimpah, Petani Muda Pekanbaru Harapkan Dukungan Alat Pemipil dari Pemerintah

JAKARTA - Di tengah geliat modernisasi dan gempuran gaya hidup digital, sekelompok petani muda di Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa pertanian tetap memiliki daya tarik dan nilai ekonomi yang tinggi. Kelompok Tani Amara Jaya yang berlokasi di Kecamatan Binawidya kini tengah bersiap menyambut panen raya jagung pipil. Luas lahan yang mereka kelola mencapai 18 hektare, dan diperkirakan akan menghasilkan ratusan ton jagung yang siap memenuhi kebutuhan pangan lokal.

Kegiatan ini mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah kota. Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Pekanbaru, H. Maisisco, turun langsung ke lapangan untuk melihat secara nyata proses budidaya jagung yang sedang dijalankan. Kunjungan ini berlangsung pada Rabu, 7 Mei 2025, di lokasi pertanian Jalan Uka, Kecamatan Binawidya.

Panen Berlimpah, Produksi Capai 300 Ton

Dalam kunjungannya, Maisisco menyampaikan apresiasi tinggi terhadap semangat para petani, khususnya generasi muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Amara Jaya. Ia mengungkapkan bahwa panen kali ini akan menjadi salah satu yang terbesar di kawasan tersebut.

“Alhamdulillah, tadi kami melihat langsung aktivitas petani yang tergabung di Kelompok Amara Jaya di Jalan Uka Binawidya. Saat ini mereka sedang membudidayakan jagung pipil dengan luas lahan sekitar 18 hektare yang tersebar di beberapa lokasi,” ujar Maisisco dengan nada optimis.

Menurut perhitungan Maisisco, hasil panen dari satu hektare lahan bisa mencapai 20 ton jagung pipil. Jika dikalikan dengan luas total lahan 18 hektare, maka produksi total diperkirakan mencapai 200 hingga 300 ton.

“Hasil panen pertanian jagung pipil di Kecamatan Binawidya ini diprediksi mencapai 20 ton per hektar. Sehingga, dengan lahan seluas 18 hektare, diperkirakan ada 200 hingga 300 ton hasil panen,” jelasnya lagi.

Bukan Petani Jagung, Kini Jadi Penggerak Ketahanan Pangan

Menariknya, Kelompok Tani Amara Jaya awalnya bukan berfokus pada budidaya jagung pipil. Menurut keterangan Koordinator kelompok, Azis, mereka sebelumnya lebih akrab dengan budidaya melon dan semangka. Namun, perubahan arah terjadi setelah muncul seruan dari Presiden Prabowo Subianto tentang pentingnya swasembada jagung nasional.

“Awalnya kami tanam melon, semangka, bahkan sayuran. Tapi karena ada program pemerintah pusat untuk memperkuat ketahanan pangan lewat jagung, kami sepakat mencoba budidaya jagung pipil,” ungkap Azis saat mendampingi kunjungan Maisisco.

Sejak mulai ditanam sekitar dua bulan lalu, tanaman jagung pipil mereka menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Azis memperkirakan bahwa panen akan bisa dilakukan dalam waktu dekat.

“Insya Allah kalau tak ada hambatan, bulan depan sudah bisa panen,” ujarnya.

Tantangan Infrastruktur: Butuh Alat Pemipil

Meskipun hasil produksi tergolong tinggi dan menjanjikan, kelompok tani ini menghadapi kendala dalam hal sarana dan prasarana. Pada awalnya, mereka harus menyewa hand traktor untuk mengolah lahan karena tidak memiliki alat sendiri. Kini, menjelang masa panen, masalah baru muncul—keterbatasan alat pemipil jagung.

“Tapi, akhirnya kita menyewa. Nah, kalau sekarang, kita itu butuhnya alat pemipil jagung. Karena bagi kami ini masih baru, jadi kami masih keterbatasan prasarana, termasuk alat pipil ini,” tutur Azis.

Dengan suara penuh harap, ia meminta perhatian khusus dari Pemerintah Kota Pekanbaru, khususnya melalui Dinas Ketahanan Pangan, untuk membantu pengadaan alat tersebut. Ketersediaan alat pemipil dinilai sangat penting untuk mempercepat proses pascapanen sekaligus menghindari kerusakan kualitas jagung.

“Makanya kami berharap melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) untuk bisa membantu untuk pembelian alat pipil ini,” tegas Azis.

Peluang dan Masa Depan Pertanian Milenial

Petani-petani muda di Pekanbaru seperti Azis dan kelompoknya memperlihatkan semangat tinggi dalam menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Dengan ketekunan dan keinginan untuk terus belajar, mereka bahkan mempertimbangkan ekspansi usaha ke jenis komoditas lain apabila pasar jagung mengalami kendala.

Menurut Azis, fleksibilitas dalam menentukan komoditas adalah strategi jangka panjang yang perlu diterapkan oleh kelompok tani. Mereka tidak hanya ingin mengikuti arahan kebijakan nasional, tetapi juga mampu beradaptasi dengan kondisi pasar lokal.

“Selama ini kami bisa menanam melon, semangka, cabai juga sayuran. Kami ingin melihat peluang mana yang paling bagus di Kota Pekanbaru ini. Kami berharap sekali untuk dukungan prasarana dan pasar ini dibantu oleh Pemko Pekanbaru. Karena kami ada di Pekanbaru,” pungkasnya.

Komitmen Pemerintah Dorong Pertanian Perkotaan

Kepala DKP Pekanbaru, H. Maisisco, menegaskan bahwa pemerintah kota sangat mendukung gerakan pertanian perkotaan, terutama jika digerakkan oleh generasi muda. Menurutnya, sektor pertanian kini tidak lagi identik dengan desa atau pedalaman, tetapi telah menjadi bagian penting dari strategi pembangunan berkelanjutan di kota-kota besar.

Ia menyatakan bahwa kegiatan seperti ini menjadi wujud nyata upaya mendekatkan masyarakat, khususnya generasi milenial, dengan dunia pertanian yang selama ini dianggap kurang menarik. Maisisco menekankan bahwa pertanian kini memiliki peluang bisnis yang besar serta berperan penting dalam mewujudkan kedaulatan pangan daerah.

“Ini adalah langkah strategis yang tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat kota,” kata Maisisco.

Sinergi untuk Kemandirian Pangan Lokal

Dengan semangat yang ditunjukkan oleh para petani muda dan dukungan dari pemerintah daerah, potensi Pekanbaru sebagai daerah penghasil komoditas pangan penting seperti jagung pipil kian terbuka lebar. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa sektor pertanian tetap menjadi pilar penting dalam pembangunan, bahkan di tengah arus digitalisasi dan urbanisasi.

Kisah petani jagung di Pekanbaru ini adalah pengingat kuat bahwa pertanian tidak pernah kehilangan relevansi. Justru, dengan pendekatan yang adaptif, modern, dan kolaboratif, sektor ini bisa menjadi solusi strategis menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan.

Dengan panen yang berlimpah dan semangat juang tinggi dari kelompok tani Amara Jaya, kini yang mereka butuhkan hanyalah perhatian pemerintah untuk memperkuat infrastruktur produksi, khususnya alat pemipil jagung. Sebuah langkah kecil yang akan berdampak besar bagi masa depan pertanian kota.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index