BBM

Harga BBM Turun Serentak di Seluruh Indonesia, Pertamax Kini Lebih Terjangkau Mulai 1 Juni 2025

Harga BBM Turun Serentak di Seluruh Indonesia, Pertamax Kini Lebih Terjangkau Mulai 1 Juni 2025
Harga BBM Turun Serentak di Seluruh Indonesia, Pertamax Kini Lebih Terjangkau Mulai 1 Juni 2025

JAKARTA - Kabar gembira datang bagi masyarakat Indonesia menjelang bulan Juni 2025. Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis non-subsidi akan mengalami penurunan serentak di seluruh wilayah Indonesia. Kebijakan ini diumumkan untuk memberikan keringanan kepada masyarakat serta mendorong stabilitas harga kebutuhan pokok di tengah dinamika ekonomi global.

Mulai 1 Juni 2025, harga BBM jenis Pertamax turun signifikan dari sebelumnya Rp13.950 menjadi Rp12.950 per liter. Penurunan ini berlaku di semua SPBU di wilayah Indonesia, termasuk di wilayah yang sebelumnya memiliki harga BBM lebih tinggi seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara. Langkah ini diambil sebagai bagian dari penyesuaian berkala atas harga minyak dunia serta kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang mulai menunjukkan penguatan.

Penurunan harga ini juga menyasar jenis BBM lain, seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Untuk Pertamax Turbo, harga disesuaikan dari Rp15.350 menjadi Rp14.250 per liter. Sementara Dexlite turun dari Rp14.550 menjadi Rp13.700 per liter. Pertamina Dex kini bisa dibeli dengan harga Rp14.550 per liter, turun dari sebelumnya Rp15.100. Kebijakan ini berlaku di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Sementara itu, untuk wilayah Indonesia Timur seperti Maluku dan Papua, penurunan harga juga cukup signifikan meskipun struktur biaya logistik di wilayah tersebut cenderung lebih tinggi. Pertamax yang sebelumnya dijual Rp14.400 per liter, kini menjadi Rp13.400. Dexlite yang sebelumnya Rp15.000 menjadi Rp14.150, dan Pertamina Dex turun dari Rp15.600 menjadi Rp15.050.

Kebijakan penurunan harga BBM ini menjadi respons terhadap perubahan harga minyak mentah dunia yang menunjukkan tren menurun dalam beberapa pekan terakhir. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberikan ruang bagi pelaku usaha energi untuk melakukan efisiensi harga tanpa membebani margin keuntungan yang signifikan.

Langkah penurunan harga ini diharapkan mampu memberikan dampak langsung kepada daya beli masyarakat, terutama di sektor transportasi dan logistik. Pengusaha angkutan umum dan logistik diprediksi akan merasakan penurunan biaya operasional yang cukup signifikan, yang pada gilirannya dapat menahan laju inflasi dan menjaga kestabilan harga barang di pasaran.

Pemerintah juga menyambut positif langkah ini sebagai bagian dari sinergi antara badan usaha milik negara dan kepentingan publik. Dengan penyesuaian harga BBM secara berkala yang mencerminkan kondisi pasar global, masyarakat diharapkan semakin rasional dalam mengonsumsi energi, serta terdorong untuk menggunakan bahan bakar berkualitas tinggi demi efisiensi dan kelestarian lingkungan.

Selain itu, adanya penurunan harga BBM diharapkan dapat menekan laju konsumsi BBM bersubsidi yang selama ini membebani anggaran negara. Masyarakat kelas menengah atas yang sebelumnya enggan menggunakan BBM non-subsidi karena alasan harga, kini didorong untuk beralih ke produk berkualitas tanpa subsidi, seperti Pertamax dan Dexlite.

Dari sisi ekonomi makro, penyesuaian harga BBM ini akan mendukung pengendalian inflasi dan menjaga keseimbangan fiskal nasional. Stabilitas harga energi menjadi salah satu indikator penting dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional, terutama di tengah situasi geopolitik global yang masih bergejolak.

Penurunan harga BBM juga membuka ruang untuk peningkatan konsumsi domestik, karena pengeluaran masyarakat untuk transportasi pribadi maupun logistik diperkirakan akan menurun. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penguatan permintaan domestik.

Masyarakat menyambut baik kebijakan ini, terutama menjelang masa libur pertengahan tahun dan tahun ajaran baru. Penurunan harga BBM diyakini akan meningkatkan mobilitas masyarakat, memperluas aktivitas pariwisata, dan mendukung pemulihan sektor ekonomi kreatif yang sempat terpukul akibat berbagai tekanan global.

Secara keseluruhan, kebijakan ini menandai komitmen kuat untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan pelaku industri energi. Dengan tetap mengedepankan transparansi harga dan efisiensi operasional, langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh dalam pengelolaan energi berkelanjutan di Indonesia.

Pemerintah menegaskan bahwa mekanisme penyesuaian harga BBM non-subsidi akan terus dilakukan secara transparan dan terukur berdasarkan indikator-indikator global serta faktor domestik. Masyarakat diminta tetap bijak dalam menggunakan energi dan memanfaatkan momentum penurunan harga ini untuk mendukung aktivitas ekonomi yang lebih produktif.

Langkah-langkah efisiensi dan inovasi dalam sektor energi nasional juga akan terus ditingkatkan guna memperkuat ketahanan energi jangka panjang. Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, diharapkan Indonesia dapat melangkah lebih mantap dalam mewujudkan visi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index